Lantas, apakah ada subsidi pemerintah dalam harga semen tersebut?
"Oh enggak. Ini enggak disubsidi pemerintah. Ini lebih pada manajemen saja," ucap Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Agung Wiharto, kepada detikFinance, Senin (14/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Enggak (rugi). Ini sebenarnya tetap ada margin, hanya saja sekarang lebih diefisienkan, semua biaya-biaya ditekan," kata Agung.
Agung menjelaskan, harga semen bisa dijual Rp 500 ribu per sak karena ada banyak yang ditekan di rantai distribusi. Mulai dari pengurangan margin, efisiensi dalam saluran distribusi, sampai menghilangkan praktik spekulatif di pedalaman yang ikut berkontribusi pada mahalnya harga semen.
Selain itu, mengubah pola distribusi dengan menghapus aksi spekulan dalam penetapan harga semen, sehingga tak ada lagi praktik ambil margin gila-gilaan.
"Di Papua semen sudah kayak cabai, mahal kalau permintaan tinggi. Masalah spekulan ini yang coba kita atasi dengan turun langsung dalam distribusi. Spekulan tak berani beli semen kalau toko lain bisa jual lebih murah, otomatis dia nggak laku kan," kata Agung.
Dia mengaku tak tahu persis berapa margin Semen Indonesia yang dipangkas agar harga semen di Papua capai Rp 500.000/sak, tapi yang jelas permintaan semen di Papua masih rendah.
"Papua hanya 1% dari total permintaan semen nasional yang setahun itu 65 juta ton. Bukan rugi, tapi kita menjalan bisnis yang bukan as usual," tutur Agung.