Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengatakan kapas impor terbesar saat ini berasal dari Amerika Serikat (AS), Brasil, dan Australia. Nilai impornya dalam setahun rata-rata mencapai US$ 1 miliar.
"Kapas terbesar saat ini kita gantungkan bahan baku kapas hampir 100% impor , bukan hanya dari AS, kita juga impor dari Brasil, Australia, jadi itu impor-impor yang kita lakukan selama ini," kata Ade saat Indonesia Cotton Day di Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (6/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, meski AS saat ini menjadi negara eksportir kapas terbesar ke Indonesia, posisi tersebut kadang disalip dua negara eksportir lainnya seperti Brasil dan Australia.
"AS menduduki peringkat kesatu, bisa diambil alih Australia dan Brasil, trennya tukar menukar karena tergantung harga, masa panen, dan kualitas dari masing-masing negara," terang Ade.
Harga kapas juga naik turun. Saat ini harga kapas impor berkisar US$ 1,1 per kg.
"Harga kapas 52 sen per pound, kalau per kg US$ 1,1. Tapi kan pernah juga kapas pernah 90 sen per pound, jadi per kg pernah US$ 1,9 per kg sampai US$ 2 per kg, pernah terjadi di 2011-2012. Itu sebabkan apa berbagai industri di sini enggak bisa jual," terang pengusaha tekstil ini.
Dia menuturkan, kapas impor sebagian besar diserap oleh industri pakaian dalam dan alas kaki, lantaran menyerap keringat.
"Kita impor tergantung permintaan konsumen akhir, lebih banyak katun buat apa, sekarang ini digunakan buat pakaian dalam, untuk alas kaki. Karena menyerap keringat lebih bagus dan menukar udara sirkulasinya bagus," tutur Ade.