Toserba Berguguran, Ini Kata Menteri Perindustrian

Toserba Berguguran, Ini Kata Menteri Perindustrian

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Senin, 06 Nov 2017 13:11 WIB
Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta - Tutupnya sejumlah gerai ritel atau pusat perbelanjaan modern sepanjang tahun ini kerap menimbulkan tanda tanya mengenai terkait isu daya beli masyarakat. Kaitan ritel yang erat hubungannya dengan konsumsi masyarakat membuat isu pelemahan daya beli masyarakat pun menguat.

Namun Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, menepis rontoknya toko-toko ritel itu lantaran daya beli masyarakat yang melemah. Hal ini diungkapkannya setelah melakukan kunjungan ke daerah, dan menemukan fakta melajunya pertumbuhan penjualan ritel erat kaitannya dengan penyesuaiannya pada kebutuhan masyarakat saat ini.

Meski tak merinci penyesuaian apa yang harus dilakukan, tapi dia bilang pengusaha ritel saat ini harus bisa mengkombinasikan produk yang dijualnya dengan kondisi pasar agar bisa bersaing dengan ritel lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kami kemarin ke daerah, itu banyak industri ritel itu tergantung kepada product mix-nya juga. Apa yang sesuai dengan market. Kita lihat mal yang ada di Jakarta atau daerah, kalau product mix-nya tepat sesuai dengan konsumen, itu cukup bagus," katanya saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (6/11/2017).



Airlangga menepis rontoknya gerai-gerai ritel tersebut lantaran ada perubahan gaya berbelanja konsumen ke toko online. Termasuk adanya oversuplai pada jumlah mal atau gerai ritel di masyarakat.

"Enggak semua karena e-Commerce. Karena barang yang dijual di e-Commerce rata-rata di bawah Rp 1 juta. Sedangkan barang-barang di mal kan agak lebih kecil," ucapnya singkat.



Hal ini diamini oleh Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sekaligus Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Franciscus Welirang. Dia bilang, target konsumen yang tidak jelas pada satu pusat perbelanjaan membuat ritel-ritel yang tak bisa membaca kondisi pasar akan otomatis berguguran.

"Ada mal yang tidak jelas, upper market atau lower market. Contoh soal di Melawai, Malnya itu kan tengah-tengah yang enggak jelas antara upper sama lower. Kalau dia lower, ya lower saja, upper ya upper saja," tuturnya.

"Jadi marketnya define. Itu ada hal-hal yang sebetulnya ada perubahan pasar. Jadi para pengusaha itu tadi dikatakan, seharusnya memperhatikan segmen-segmennya dan memastikan segmennya," tukas pria yang akrab disapa Franky. (eds/wdl)

Hide Ads