Keduanya menandatangani nota kesepahaman untuk pendanaan atau bantuan pinjaman 2 proyek senilai ¥127,21 miliar (maksimum) atau sekitar Rp 15,16 triliun (kurs Rp 2.041). Kedua proyek itu adalah Pelabuhan Patimban dan pengembangan Universitas Gajah Mada menjadi skala internasional.
Adapun pinjaman untuk pembangunan Pelabuhan Patimban yang terletak di kawasan timur Jakarta, senilai ¥118,9 juta atau sekitar Rp 14,17 triliun sedangkan untuk pengembangan Kampus UGM senilai ¥8,31 juta atau Rp 990 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perwakilan JICA untuk Indonesia, Kawabata Tomoyiki mengatakan, pinjaman sebesar Rp 14,17 triliun itu merupakan 83% dari total biaya konstruksi Pelabuhan Patimban tahap I senilai ¥144 miliar atau Rp 17,16 triliun. Sisa biaya investasi itu akan dibiayai oleh pemerintah Indonesia dalam pembebasan tanah dan urusan pajak.
"Nilai pinjaman yen yang ditandatangan hari ini adalah 83% dari seluruh nilai proyek Patimban fase I. Sisa uang dilakukan untuk pengadaan tanah dan pajak agar tidak menjadi obyek untuk pinjaman," tuturnya dalam kesempatan yang sama.
Pinjaman ini selanjutnya akan dicairkan setelah dilakukan tender kontraktor. Tender kontraktor akan dilakukan sesegera mungkin menyusul telah dirampungkannya detail engineering design (DED) pelabuhan dan konstruksi ditargetkan mulai di awal tahun depan.
"Pelabuhan Patimban karena sudah selesai DED nya, kami akan siapkan untuk tender. Kalau tender sudah selesai, baru mulai konstruksinya," ujar Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kozo Honsei menambahkan.
Adapun suku bunga pinjaman untuk proyek Pelabuhan Patimban yang diberikan oleh JICA sebesar 0,1% (flat) dengan masa pengembalian 40 tahun, termasuk masa tenggang 12 tahun.
"Melalui bantuan pembangunan pelabuhan baru, kami bertujuan untuk memperkuat fungsi logistik sehingga dapat berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui perbaikan iklim investasi," tutup Kozo. (eds/dna)