"Harapannya dengan industri rayon ini akan menghasilkan sebuah industri menghasilkan 350.000 kapasitas setahun. Hal itu setara dengan US$ 500 juta penghematan devisa," kata Airlangga di lokasi, Pekanbaru, Minggu (21/1/2018).
Dia menyebutkan, sekarang ini Indonesia impor kapas yang begitu banyak. Dengan adanya industri rayon yang akan menghasilkan bahan baku tekstil ini pemerintah akan menghemat devisa hingga US$ 500 juta dan juga menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nilai investasi yang mencapai Rp 12 triliun tersebut, kata Airlangga harus didukung oleh pemerintah. Sehingga bisa memperkuat industri tekstil dalam negeri.
"Ini harus didukung pemerintah dari bahan bakunya hingga bahan jadinya. Diharapkan ini akan memperkuat daya saing dari pada industri tekstil," kata Airlangga.
Dengan adanya industri tekstil tersebut, kata Airlangga, tentunya Riau menjadi pusat industri pulp and paper yang biasanya hanya kertas, kini ada rayon yang menghasilkan tekstil.
"Ini merupakan pertama kali kita memiliki pabrik rayon dengan kapasitas yang cukup unggul dalam skala dunia," kata Airlangga.
Pabrik rayon ini berdiri atas nama PT Asia Pacific Rayon (APR) terintegrasi dengan PT RAPP di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Menurut Direktur APR, Thomas Handoko, pabrik rayon ini diperkirakan akan beroperasi pada Agustus 2018. Pabrik rayon ini merupakan yang terbesar di Indonesia dapat memberikan dampak positif secara ekonomi.
"Hal yang tak kalah penting adalah seluruh produk tersebut berasal dari 100 persen pasokan tanaman terbarukan serta bersertifikat internasional dan legal," kata Thomas.
"Kehadiran APR ini, akan mendukung rantai nilai produksi tekstil dalam negeri, mengurangi impor bahan baku dan memastikan daya saing kompetitif Indonesia secara global," tutup Thomas. (cha/ara)