Airlangga berharap kenaikan tersebut bisa menekan gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pasalnya, belakangan ini rupiah keok melawan dolar Amerika Serikat (AS).
"Harapannya tentu bisa mengerem depresiasi rupiah. Sebetulnya langkah ini perlu diapresiasi. Ini bisa kelihatannya bisa menahan gejolak," kata Airlangga di Komplek Istana, Jakarta, Jumat (18/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: BI Naikkan Bunga Acuan Jadi 4,5% |
Gejolak nilai tukar yang terjadi sejak awal tahun 2018 sampai sekarang ini telah memberikan beban bagi pelaku industri sektor manufaktur. Beban yang dimaksud, kata Airlangga, pada saat mengimpor bahan baku dengan nilai yang lebih mahal.
"Untuk sektor manufaktur, ini akan jadi beban tambahan, tetapi saya kira stabilitas itu kunci. Karena manufaktur selain ekspor, bahan bakunya impor, utangnya dalam bentuk dolar (AS)," jelas dia.
Meski demikian, Airlangga menganggap langkah otoritas moneter menaikkan suku bunga ini sudah tepat, meskipun terbilang telat.
"Sudah tepat, tapi little bit late (sedikit terlambat). Meski better late than never (lebih baik telat daripada tidak). Beban sedikit bagi industri ya nggak apa-apa lah, adjusment saja," jelas dia. (ara/ara)