Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang menjelaskan, kebutuhan cangkul di Indonesia sekitar 10 juta per tahun. Sementara industri dalam negeri hanya bisa menyuplai 3 juta per tahun terdiri dari 500 ribu IKM (Industri Kecil Menengah) dan 2,5 juta industri besar.
Menurutnya minimnya suplai industri dalam negeri bukan karena tidak mampu memproduksi lebih banyak, melainkan lantaran produk impor yang terus berdatangan. Harga mereka bisa lebih murah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini memang celah masuk produk impor cangkul berada dalam Permendag Nomor 30 tahun 2018 tentang ketentuan impor perkakas tangan. Menurut Agus jika celah itu ditutup secara otomatis industri nasional akan menyesuaikan produksinya sesuai kebutuhan.
"Kalau itu ditutup kan dia tumbuh lagi. Di sektor manapun selama industri kita bisa memberikan suplay ya kita berikan kesempatan. Saya yakin kebutuhan nasional akan terpenuhi jika impornya ditutup. Industri akan tumbuh mengikuti demand," tambahnya
Sementara dari pelaku usaha, Ketua Kadin Indonesia bidang Energi Migas, Bobby Gafur Umar menambahkan, membuat produk cangkul bukan perkara sulit bagi industri nasional. Dia yakin seluruh kebutuhan bahkan dari sidi bahan baku cangkul bisa terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya.
"(Pasokan bahan baku) bukan hanya dari Krakatau Steel ada Gunung Garuda. Kami kan hanya menunggu market. Potensinya kan besar sampai 7 juta, pasti akan ada investasi. Nggak perlu nunggu asing investasi, lokal pasti investasi. Bikin cangkul nggak susah," tambahnya.
(das/hns)