"Cangkulnya jauh lebih bagus dari buatan China, tentu ada juga produk serupa di daerah lain. Masalahnya saat ini antara perajin UMKM di Cibatu ini tidak terhubung dengan pasar termasuk dengan pasar pemerintah," kata Teten.
Setelah melihat kondisi dan kualitas pacul buatan lokal tersebut Teten akan membawanya ke Kementerian Pertanian dan Kementerian PUPR.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Solusi kedua selain pembinaan kepada sentra UMKM juga akan dilakukan UMKM Go Online. Produk lokal dijual secara online dengan sasaran pasar yang lebih luas.
"Kita akan dorong terus supaya tumbuh, tidak hanya terbatas usaha kecil saja nanti upgrade menjadi menengah kemudian dorong lagi level skala besar. Bahkan tidak menutup kemungkinan produk-produk (pacul) ini kita ekspor," jelasnya.
Terkait persoalan yang dihadapi para perajin saat ini, Teten menyebut masih berkutat di seputar permodalan dan standar kualitas. Menurutnya solusi yang ditawarkan pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Ada permasalahan di bahan baku yang tidak stabil, kemudian soal standar yang harus kita urus. Lalu soal pengembangan usaha untuk skala besar mentok di pembiayaan. Kita nggak masalah soal pembiayaan, sudah banyak KUR kita alokasikan Rp 190 triliun untuk UMKM dengan bunga sangat rendah 6% dengan plafon yang paling kecil Rp 50 juta tanpa agunan," ungkapnya.
"Nanti kami juga punya layanan klinik untuk konsultasi pengembangan layanan usahanya termasuk membantu proses SNI. Ini yang saya kira nggak bolehlah (impor) masa cangkul aja kita impor, saya sebagai Menteri Koperasi dan UKM harus melindungi produk UMKM," tambahnya.
(sya/ara)