Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari mengatakan, langkah ekspor merupakan langkah yang sangat tepat. Sebab, saat ini utilisasi baja tengah menurun hingga 50% karena pemerintah masih fokus dalam penanganan virus corona.
"Pada dasarnya kalau untuk baja ini kita butuh untuk pemenuhan dalam negeri sendiri. Tapi jika ekspor dilakukan oleh industri yang produknya secara suplai sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri, itu (ekspor) sebagai diversifikasi pasar. Jadi itu (ekspor) memang kita dorong. Karena sekarang kan untuk produk hilir demandnya sedang berkurang. Karena orang perbelanjaan banyak ke obat-obatan, masker dan segala macam. Jadi kita berharap adanya diversifikasi pasar dengan melakukan terobosan ekspor. Jadi kita harapkan dengan adanya ekspor ini industri dapat bertahan dalam situasi seperti sekarang ini," terang Dini dalam keterangannya, Jumat (10/4/2020).
Dini menambahkan, guna mendorong ekspor ini pemerintah juga telah melakukan berbagai cara yang dapat memudahkan pelaku industri baja menembus pasar mancanegara. Selain menjamin suplai bahan baku dalam negeri sehingga rantai pasok tetap terjaga, pemerintah juga punya fasilitas FTA dengan negara mitra untuk menurunkan bea masuk produk dari Indonesia.
Selanjutnya mengenai standar yang dibutuhkan untuk menembus pasar ekspor Dini menjelaskan, pada dasarnya SNI produk baja yang disusun dalam negeri sebagian besar juga sudah mengacu pada standar internasional.
"SNI yang disusun dalam negeri sebagian besar sudah mengacu pada standar JIS dan ASTM. Sehingga secara umum standar internasional dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri apabila industri tersebut sudah memenuhi SNI," terangnya.
Sementara itu, Stephanus Koeswandi, Vice Presiden PT Tata Metal Lestari menuturkan, total nilai BJLAS dan BJLS yang diekspor kali ini mencapai 300 ton pada tahap awal. Namun untuk selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 2.000-3.000 ton per bulan dengan nilai US$ 1,6-2 juta.
Ia menambahkan, ekspor perdana ini menunjukan bahwa baja produksi PT. Tata Metal Lestari yang merupakan 100% milik Indonesia (PMDN) terbukti bisa bersaing di pasar internasional dan memiliki standard mutu yang diakui secara internasional pula. Dengan pengalaman menjaga kualitas lebih dari 25 tahun, PT. Tata Metal Lestari yang merupakan anak perusahaan dari Tatalogam Group memiliki komitmen dalam kualitas.
"Ekspor perdana ini merupakan awal dari milestone bagi BJLAS (Baja Lapis Alumunium Seng) dan BJLS (Baja Lapis Seng) produksi PT Tata Metal Lestari agar diterima di pasar global. Produk-produk yang diekspor tentu memiliki spesifikasi yang berbeda, dimana juga menggunakan standar mutu yang berbeda pula, yaitu ASTM (American standard), JIS dan European Standard. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi produsen baja nasional guna menyesuaikan ke beberapa standard mutu internasional pada produknya," jelas Stephanus.
Baca juga: Virus Corona Bikin Ekspor-Impor RI 'Meriang' |
Stephanus berharap, langkah ekspor yang dilakukan PT Tata Metal Lestari juga dapat berkontribusi terhadap penerimaan Negara di tengah pandemi COVID-19 yang secara perlahan mengganggu roda perekonomian di semua lini.
"Ekspansi PT Tata Metal Lestari ke luar negeri serta penggunaan produk dalam negeri ini diharapkan dapat menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia, dan diharapkan akan memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap devisa negara, utamanya di tengah menurunnya kondisi ekonomi dalam negeri akibat pandemi COVID-19 " jelasnya.
(fdl/dna)