Benarkah Petani Sawit Merana Dihantam Corona?

Benarkah Petani Sawit Merana Dihantam Corona?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Senin, 27 Apr 2020 16:30 WIB
Mengunjungi perkebunan milik PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk, Kalimantan Tengah. PT SSMS memiliki luas lahan sekitar 100 ribu hektar. Reno/detikcom.
Foto: Reno Hastukrisnapati Widarto
Jakarta -

Petani kelapa sawit yang tersebar di 22 provinsi di antaranya dari Jambi, Bengkulu, Sulawesi Barat, Kalimantan Utara, hingga Papua Barat yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menepis isu terancam kelaparan di tengah pandemi virus Corona (COVID-19).

Sekretaris Jenderal Apkasindo Rino Afrino mengatakan, walaupun dihantui wabah Corona, aktivitas petani sawit masih berjalan normal dan kehidupan ekonomi sehari-hari berjalan baik. Pasalnya, kondisi harga Tandan Buah Segar (TBS) petani kelapa sawit di awal Ramadhan ini Rp. 1.250-Rp 1.700 per kilogram (kg). Harga ini jauh lebih baik dibandingkan awal Ramadhan tahun 2019 sekitar Rp 800-Rp 1.350/kg.

"Mereka yang bicara tadi mungkin bukan petani dan tidak punya kebun sawit. Selain itu, mereka hidup bukan dari TBS sawit," ujar Rino dalam keterangan resmi yang diterima detikcom, Senin (27/4/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, petani di 22 provinsi dan 117 kabupaten/kota tak ada yang mengeluh ekonomi anjlok, apalagi menyebutkan harga TBS turun akibat Corona.

Menambahkan Rino, petani sawit dari Muara Bulian Jambi Kasriwandi mengatakan kebun tetap berjalan lancar dan normal. Ia tak setuju dikatakan petani mengalami kelaparan karena harga TBS mampu memberikan penghasilan bagus kepada petani.

ADVERTISEMENT

"Petani sawit itu sangat teruji dengan turun naiknya harga sawit. Justru disaat Corona ini harga TBS kami lebih cantik sebelum ada Corona tahun lalu. Jadi harga turun naik itu biasa. Kalau kelaparan, sangat tidak mungkin, disaat harga TBS Rp 800 saja kami bahagia apalagi rata-rata harga TBS petani swadaya saat ini Rp 1.500/kg," ujar Kasriwandi.

Tak hanya dua petani tersebut, Andi Kasruddin yang juga petani sawit dari Sulawesi Barat menjelaskan, sepanjang pabrik sawit tetap beroperasi maka penghasilan petani tetap aman dan tidak akan kelaparan.

"Bagi kami, petani sawit sudah teruji dan tahan lapar selama membangun kebun sawit dari nol sampai menghasilkan,"imbuh dia.

Lebih lanjut, petani sawit dari Papua Barat Dorteus Paiki menegaskan, petani tetap baik dan tidak ada yang kelaparan.

"Kami di Papua Barat tetap hidup aman dan sehat walaupun ada ancaman pandemi Corona. Sebagai Petani sawit di Papua Barat, mohon semua Pihak jangan memanfaatkan situasi saat ini untuk kepentingan pribadi atau 'pesanan'," tegas Paiki.

Sebelumnya, Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) Yusro Fadil menuturkan, saat ini bantuan sosial (bansos) sembako dari pemerintah tak diterima oleh para petani dan buruh sawit. Sehingga, pihaknya meminta pemerintah bisa mengucurkan bansos sembako juga terhadap petani dan buruh sawit.


"Yang dibutuhkan petani hari ini, khususnya buruh sawit itu adalah sembako. Jadi ini yang belum tepat sasaran, ini yang belum mereka terima," ungkap Yusro dalam diskusi online Dampak COVID-19 pada Buruh dan Petani Sawit, Jumat (24/4/2020).

Menurut Yusro, buruh sawitlah yang lebih rentan akan kelaparan. Pasalnya, buruh ini tak memiliki lahan seperti para petani.

"Bahkan istilahnya mereka ini lebih baik mati karena Corona, daripada mati karena kelaparan.Karena kondisi hari ini ada beberapa daerah itu sangat berpotensi sekali mereka tidak makan. Kalau petani sawit masih aman, tapi buruh sawit ini yang akan terganggu," urai Yusro.


Hide Ads