Pengusaha Curhat, Penjualan Baja Anjlok 60% di Masa Pandemi

Pengusaha Curhat, Penjualan Baja Anjlok 60% di Masa Pandemi

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 20 Mei 2020 17:12 WIB
Sejak 20 Januari 2019, pemerintah akan mengendalikan pemakaian impor baja. Selama ini industri baja dalam negeri keluhkan gempuran baja dari luar negeri.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Pengusaha baja nasional curhat soal kondisi industri baja di tengah pandemi. Pengusaha mengaku mengalami penurunan penjualan produk hingga 60% selama virus Corona.

Umumnya, mereka mengaku imbas virus Corona baru terasa menekan pada bulan April, meskipun virus ini sudah ada di Indonesia sejak Maret.

"Sekarang ini, dampak COVID kalau Maret kami masih normal permintaannya normal, belum terasa. Masuk ke bulan April baru turun penjualan kami 30%," kata Presiden Direktur Sunrise Steel Henry Setiawan dalam diskusi industri baja yang diadakan Krakatau Steel, Rabu (20/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah di bulan Mei ini makin dalam 60% penurunannya," lanjutnya.

Dia mengaku memang tiap tahun penurunan permintaan terjadi saat bulan puasa. Hanya saja kali ini diperparah dengan adanya Corona.

ADVERTISEMENT

"Seperti tahun sebelumnya, memang ada penurunan di bulan puasa, cuma ini diperparah COVID-19," ujar Henry.

Penurunan permintaan juga dirasakan PT Sampoerna Jaya Baja, perusahaan distributor baja ini mengaku mengalami penurunan penyaluran baja ke pabrik-pabrik hingga 60%.

"Dampak COVID-19 bagi perusahaan di sini kami dalam perdagangan baja sebagai distributor baja. Dari dampak COVID ini permintaan melemah dari awal April sampai sekarang turun terus, setidaknya sampai 50-60% penurunannya," ujar perwakilan perusahaan Raharjo Rudy Cahyono dalam diskusi yang sama.

Raharjo menjelaskan bahwa rantai pasok telah terganggu karena adanya pembatasan sosial. Menurutnya, banyak pabrik yang memilih tutup dan tidak melakukan produksi, sehingga permintaan baja menurun.

"Hal ini terjadi karena rantai pasok terganggu dengan adanya kebijakan pembatasan karena COVID-19. Di mana pembatasan aktivitas membuat mayoritas perusahaan pelanggan kita tutup dan berkurang produktivitasnya, sehingga kurangi pasokan baja," jelas Raharjo.




(eds/eds)

Hide Ads