Hati-hati! Pegawai Pabrik Manufaktur Masih Rawan Kena PHK

Hati-hati! Pegawai Pabrik Manufaktur Masih Rawan Kena PHK

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 24 Jun 2020 12:18 WIB
Ilustrasi PHK
Foto: Ilustrasi PHK (Tim Infografis: Zaki Alfarabi)
Jakarta -

Pekerja di industri manufaktur masih rawan terkena badai pemutusan hubungan kerja (PHK). Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet sektor manufaktur masih rawan mengalami PHK karena sangat bergantung terhadap permintaan barang dari masyarakat.

"Sedangkan masyarakat saat ini daya belinya kan agak berkurang. Bagaimana mau melakukan pembelian kalau daya belinya berkurang? sehingga mereka pelaku usaha di sektor industri manufaktur ini dia mengurangi ekspansi usaha," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (24/6/2020).

Menurunnya ekspansi menurutnya bisa dilihat dari data sisi supply atau penawaran Indeks Manufaktur Indonesia alias Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur yang dalam tiga bulan terakhir berada di bawah level 50.

"Ketika ini berjalan lebih lama, tentu sektor ini berpotensi untuk melakukan PHK yang lebih besar. Dan kalau mengikuti berita, dari sektor ini memang banyak yang kemudian melakukan PHK misalnya manufaktur di tekstil, itu salah satu yang paling besar melakukan PHK di tengah pandemi ini," jelasnya.

Berikutnya adalah sektor perdagangan yang kemungkinan masih akan dilanda badai PHK. Sebab mereka juga bergantung pada daya beli masyarakat.

"Faktor lain kalau saya lihat sebenarnya lebih kepada perdagangan yang karena sama seperti manufaktur, perdagangan juga terhambat oleh permintaan yang melemah. Jadi sektor perdagangan ini yang berpotensi juga melakukan PHK di tengah belum terlalu pulihnya ekonomi karena pandemi ini," ujarnya.


"Pedagang kaki lima atau rumah makan karena kan sekarang sudah terbatas, kemudian walaupun sudah dibuka juga kan ada semacam protokoler kesehatan, tidak boleh penuh di dalamnya. Nah penyesuaian inilah yang akhirnya menurut saya berpotensi berujung kepada muara PHK karena pendapatan kan semakin sedikit, kan orang yang bisa makan ke sana dibatasi," ujarnya.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto juga berpendapat bahwa sektor manufaktur masih amat rentan mengalami badai PHK. Sebab data PMI mengalami penurunan hampir separuhnya.


"Itu berarti kegiatan ekonomi mereka mungkin lebih dari separuh yang harus terkorbankan. Artinya kapasitas industrinya akan drop. Bisa saja itu juga memunculkan gelombang PHK di dalam sektor manufaktur ini," sebutnya.

Sektor manufaktur yang menurutnya cukup berat menghadapi pandemi COVID-19 sehingga memunculkan ancaman PHK adalah industri otomotif.

"Saya rasa manufaktur memang sangat berat. Di dalam manufaktur kan cukup banyak ya misalnya kayak otomotif atau motor sekalipun mobil kan penjualannya ngedrop sekarang. Itu juga gambaran tidak mudahnya situasi ekonomi saat ini, penurunan cukup besar ya," tambahnya.



Simak Video "Video: Badai PHK, Angka Klaim Jaminan Kehilangan Pekerjaan Naik 100 Persen"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads