Dorong Teknologi 4.0, Kemenperin Dampingi Perusahaan Logam Ini

Dorong Teknologi 4.0, Kemenperin Dampingi Perusahaan Logam Ini

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Sabtu, 18 Jul 2020 11:19 WIB
Industri 4.0
Foto: Dok. Istimewa

Dalam kesempatan yang sama, Vice President Tatalogam Group, Stephanus Koeswandi mengatakan, secara garis besar implementasi 4.0 sudah mulai dilakukan Tatalogam Group di beberapa lini.

"kita sudah lakukan dibeberapa lini. Mulai dari machine to machine. Antara mesin itu sudah berhubungan. Jadi kalau buat kami, implementasi 4.0 itu konsepnya DNA. Harus ada Device, Network, dan Application (DNA)," ujarnya kepada wartawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Stephanus menjelaskan, Device yang dimaksud berarti mereka memiliki mesin yang sudah lebih pintar. "Karena dia berputar beberapa kali, dia menghasilkan produk berapa? Dia bisa mengeluarkan output berapa tanpa ada yang mencatatnya terlebih dahulu, langsung terhubung ke ERP," terangnya.

Lalu setelah memiliki Device yang mumpuni, tahap selanjutnya ialah bagaimana mereka menggunakan Network. Mengkoneksikan antara Device ke system yang sudah exsisting. "Tapi peran manusia di situ tetap ada. Yaitu menggunakan Application. Untuk memverifikasi apakah mesin itu sudah berjalan dengan benar atau belum. Ada kesalahan di mana? Sebagai operator, namun dengan level yang lebih tinggi karena tidak hanya duduk memindahkan barang tapi juga sudah punya fungsi analisa," jelasnya lagi.

ADVERTISEMENT

Stephanus menilai, industry 4.0 bukan untuk mengurangi tenaga kerja manusia. Justru industry 4.0 bertujuan untuk meningkatkan added value dari manusia.

"Bukan produk, tapi manusianya. Kalau manusianya kita tingkatkan, kita kasih pekerjaan yang lebih manusiawi, bukan hanya memindahkan barang. Itu kan pekerjaan mesin. Kalau kita bisa beri pekerjaan yang lebih memanusiakan mereka, maka produk yang dihasilkan otomatis akan meningkat. Baik itu secara kualitas dan lain-lainnya. Dan itu sudah dibuktikan dengan kita menembus pasar ekspor," urai Stephanus lagi.

Pasar ekspor bisa menjadi tolak ukur bagi produk yang dihasilkan manufaktur yang telah bertransformasi ke era 4.0 karena standar yang ditentukan di berbagai negara sangat tinggi dan berbeda-beda pula.

"Pasar ekspor ini tentu memiliki kualiti cek yang lebih tinggi. Bahkan standarnya berbeda-beda. Nah ini, dengan implementasi 4.0 ini dan juga bimbingan dari kementerian kita berharap bisa ditingkatkan lagi. Jadi perusahaan yang seratus persen kepemilikan Indonesia ini bisa menjadi perusahaan global." terang Stephanus.


(fdl/fdl)

Hide Ads