Pandemi virus Corona (COVID-19) telah membuat aktivitas ekonomi dan sosial berhenti. Alhasil banyak sektor usaha yang terkapar lantaran tak dapat beroperasi, termasuk industri tekstil.
Dampak dari wabah COVID-19 paling besar terdampak pada penjual ritel produk tekstil alias garmen. Mereka teriak lantaran tak bisa berjualan secara offline.
"Bisnis offline sudah nggak bisa karena COVID-19. Orang juga nggak keluar. Tapi ya orang mau baju baru, terpaksa belanja online," kata Owner Dobujack Delly Fitriansyah Darusman, Senin (20/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Delly sendiri memiliki brand pakaian Dobujack yang dia dirikan sejak 2005 di Bandung. Sejak adanya COVID-19 di Indonesia, sejumlah outlet dan reseller Dobujack yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia tak mencatatkan penjualan positif lantaran adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kini dia hanya bertumpu pada penjualan online. Menurutnya transformasi bisnis ke digital menjadi salah satu usaha untuk bertahan di tengah pandemi Corona. Jika tetap berjualan secara offline akan sulit menjalankan bisnis berkelanjutan dengan ketidakpastian kapan Covid-19 berakhir.
"Kalau memang belum ada vaksin, mau nggak mau industri main online dan diseriusin. Saat Lebaran penjualan naik 200% dengan online. Kalau outlet (otomatis) nggak jalan karena Covid-19," tuturnya.
lanjut ke halaman berikutnya
Simak Video "Tolak PHK Industri Tekstil, Buruh Gelar Demo di Patung Kuda Jakpus"
[Gambas:Video 20detik]