Bisnis Tuna Terbesar Dunia di Jepang Merana Dilanda Corona

Bisnis Tuna Terbesar Dunia di Jepang Merana Dilanda Corona

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 04 Sep 2020 22:30 WIB
relokasi pasar tsukiji
Foto: (Issei Kato/Reuters)
Jakarta -

Penjualan tuna terbesar di dunia, tepatnya di Jepang tengah merana akibat dampak pandemi virus Corona (COVID-19). Penjualan ikan tuna segar, terutama tuna sirip biru atau 'raja sushi' merosot karena permintaan masyarakat yang sangat rendah.

Padahal, para pedagang tuna berharap penjualan akan segera pulih setelah pemerintah Jepang mencabut status darurat pada Mei lalu. Namun, hingga saat ini masyarakat masih enggan pergi ke restoran, juga ke acara besar seperti jamuan pernikahan, rapat pemegang saham yang berdampak langsung pada permintaan tuna segar.

Harga tuna turun 8,4% pada bulan Juli jika dibandingkan tahun 2019. Sementara, penurunan tahunan harga ikan segar secara keseluruhan mencapai 1,5% menurut data pemerintah Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang pemilik rumah makan Izakaya yang khusus menghidangkan tuna di area bisnis Kanda Tokyo yang bernama Yasuyuki Shimahara (47) mengaku penjualannya anjlok hingga 60%.

"Penjualan kami turun 60% dibandingkan Agustus lalu," kata Shimahara seperti yang dilansir dari Reuters, Jumat (4/9/2020).

ADVERTISEMENT

Untuk memulihkan bisnisnya, Shimahara menjual tuna beku dalam kemasan kotak secara online. Ternyata, penjualan online-nya sukses. Ia kini telah menerima 200 pesanan dengan harga Β₯ 5.500 yen per kotak atau sekitar Rp 764.000.

Lalu, seorang pedagang ikan grosir Kimio Amano (46), mengaku penjualannya masih rendah karena aktivitas bisnis yang masih sepi. Permintaan dari konsumen rumahan ternyata tak mampu menutupi kerugiannya karena jamuan bisnis besar yang biasa ia layani belum kunjung kembali. Padahal, biasanya untuk satu jamuan bisnis ia bisa menjual 30-40 kilogram (Kg) tuna.

"Awalnya cukup bagus di awal Juli, tapi terhenti lagi dari sana," kata Amano.

Ia yang sebagian besar menjual tuna segar dan beku berkualitas tinggi, mengatakan, bisnisnya harus mengalami penurunan hingga 30-40% dibandingkan sebelum Corona. Satu bulan terakhir ini, permintaan dari konsumen besarnya yakni hotel dan restoran di bandara Haneda Tokyo masih sangat rendah.

Namun, ia memperoleh pesanan yang cukup tinggi dari luar negeri, terutama dari Rusia.




(dna/dna)

Hide Ads