Pengusaha batik masih berjibaku untuk bertahan di tengah hantaman virus Corona. Menjelang Hari Batik Nasional, mereka terus memutar otak untuk mencari strategi bertahan.
Salah satunya adalah mengalihkan produksi ke beberapa barang yang laku di tengah pandemi. Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) Komarudin Kudiya mengatakan pengusaha batik mulai memproduksi masker hingga daster.
"Sekarang ya biar bertahan kita produk batiknya jadi masker, lumayan lah banyak yang beli juga. Lalu, kawan-kawan di Pekalongan itu banyak juga bikin daster, ini produk daster tinggi banget penjualannya," ungkap Komarudin kepada detikcom, Kamis (1/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, Komarudin mengatakan penjualan daster batik meningkat 50%. Kebanyakan daster ditawarkan dengan harga di bawah Rp 100 ribuan.
"Daster penjualannya meningkat di atas 50%, dari normal misalnya menjual 100, ini bisa 150 per minggu. Mereka jual di kisaran di bawah seratus ribu, yang bagus Rp 200 ribuan," urai Komarudin.
Menurutnya, banyak orang yang hanya tinggal di rumah, bekerja pun di rumah, sehingga butuh pakaian yang sederhana.
"Kan orang-orang ini di rumah, webinar doang, cukup pakai pakaian sederhana. Pake daster tambah kerudung sudah nyaman sekali," ujar Komarudin.
Pihaknya juga saat ini sedang mendorong para pengusaha batik menjual produknya secara digital. Pihak APPBI pun sedang membentuk sebuah marketplace khusus menjual batik, bernama Wastra.id.
"Kita lagi kumpulin tenant-nya dulu, kan ini mesti diberikan pembekalan juga kawan-kawan pengusaha buat jualan online," ungkap Komarudin.
(eds/eds)