Pemerintah ingin mengembangkan industri baterai electronic vehicle (EV) di Indonesia dari hulu sampai hilir. Untuk itu akan Kementerian BUMN akan membentuk Holding Indonesia Battery.
Holding Indonesia Battery sendiri akan berisi 3 perusahaan BUMN raksasa yakni MIND ID atau PT Inalum (Persero) selaku Holding BUMN Pertambangan, PT Pertamina (Persero) selaku Holding BUMN Migas dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengungkapkan, rencana pengembangan industri baterai dari hulu ke hilir ini sudah diseriusi sejak awal tahun. Pada Februari 2020, Menteri BUMN Erick Thohir ternyata sudah membentuk tim percepatannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tim itu diketuai oleh Komisaris Utama MIND ID Pak Agus Tjahajana. Pak Menteri sudah mencanangkan upaya menjadikan Indonesia sebagai hub produksi material yang berguna menghasilkan baterai. Dengan anggota dirut-dirut dari Pertamina, PLN dan MIND ID dan Antam juga. Saya rasa dari sekitar Februari tim sudah dibentuk dan selama pandemi ini sudah melakukan banyak hal," ujarnya dalam konferensi pers virtual, kamis (15/10/2020).
Tim tersebut, kata Orias, saat ini sedang menyelesaikan kesepakatan pembentukan Holding Indonesia Battery dan tinggal melapor ke Erick. Prinsipnya dia yakin pembentukan holding tersebut selesai dalam 1 minggu ke depan.
"Jadi mereka lagi membicarakan. Minggu-minggu ini kalau lapor ke Pak menteri ya jadi sudah. Satu minggu lah. Sampai Kamis depan lah. Kita dikejar-kejar Pak Menteri juga, ini masuk KPI kita juga. Jadi kita fokus itu," tuturnya.
Setelah itu, barulah proses teknis pembentukan perusahaan. Menurutnya proses itu membutuhkan waktu 1-2 bulan.
Namun Orias belum bisa menyampaikan berapa porsi kepemilikan masing-masing perusahaan dalam holding tersebut. Namun dia menjelaskan kebutuhan pendanaan dari seluruh proyek dari holding ini diperkirakan mencapai US$ 12 miliar .
"Nanti kami akan diberitahu tim berapa porsinya, dari ekuitas berapa dan pinjaman berapa. Kalau dari Pak Menteri kan infonya US$ 20 miliar. Itu karena dia menghitung turunanya lebih jauh lagi dan itu terbuka untuk mitra lainnya. Jadi kalau mitra lain masuk bisa sampai US$ 20 miliar," terangnya.
Orias juga membenarkan terkait adanya 2 perusahaan asing yang akan ikut dalam rencana pembangunan pabrik baterai EV. Kedua perusahaan itu yakni Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari China dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan.
"Kita sebenarnya ada juga pembicaraan dengan dari Jepang, tapi yang dua perusahaan ini lebih maju," ucapnya.