Pemerintah berencana mengurangi impor garam industri. Salah satu caranya dengan menciptakan teknologi yang terintegrasi.
Menteri Riset, Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek dan Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro menjelaskan, teknologi ini bisa meningkatkan kadar NaCl garam yang diproduksi dalam negeri, dari 90% menjadi 97% untuk memenuhi kategori garam industri.
"Dan teknologi garam industri terintegrasi ini bisa meningkatkan garam rakyat yang NaCl rendah sekitar 90%, menjadi NaCl 97% lebih yang sesuai kategori garam industri, dan bisa diserap langsung oleh pabrik pengolahan makanan, dan otomatis mengurangi ketergantungan kita terhadap impor garam," ungkap Bambang dalam acara virtual bertajuk Jakarta Food Security Summit-5, Kamis (19/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya garam industri saat ini sangat dibutuhkan sebagian besar pabrik pipa plastik dan industri pengolahan makanan. Melalui teknologi garam terintegrasi Bambang berharap pengusaha swasta juga bisa melirik garam industri terintergrasi.
"Terintergasi di sini dimaksudkan bagaimana pembuatan garam dari hulu sampe hilir. Jadi dari lahan garamnya sampai pencuciannya, ke pabriknya sampai ke penjualan," pungkasnya.
Sebagai informasi, Indonesia rutin melakukan impor garam untuk memenuhi kebutuhan industri. Di tahun 2020 ini, pemerintah sudah mengalokasikan kuota impor garam industri sebesar 2,92 juta ton.
Selama ini, garam impor dipakai industri sebagai bahan baku yang disyaratkan berspesifikasi tinggi. Industri makanan dan minuman misalnya butuh garam NaCl dengan kadar di atas 97%. Selain itu, garam impor digunakan juga oleh industri pulp dan kertas, farmasi, dan lain-lain.
(zlf/zlf)