Kapan Vaksin Merah Putih Susul Pfizer Cs? Menristek: Bukan Adu Cepat

Kapan Vaksin Merah Putih Susul Pfizer Cs? Menristek: Bukan Adu Cepat

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 19 Nov 2020 17:14 WIB
Vaksin Virus Corona Menuju RI
Foto: Vaksin Virus Corona Menuju RI (Tim Infografis Fuad Hasim)
Jakarta -
Yang harus dipahami vaksin itu bukan adu cepat, vaksin itu justru adu efficacy-nya.Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro

Sejumlah produsen vaksin Corona seperti Pfizer dan Moderna telah mengumumkan hasil uji tahap akhirnya. Sedangkan di Indonesia, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro mengatakan, bibit vaksin Corona yang diberi nama vaksin Merah Putih baru akan diserahkan kepada Bio Farma pada Februari 2021 untuk dilakukan uji klinis kepada manusia. Setelah itu, Vaksin Merah Putih akan diproduksi paling cepat pada triwulan IV-2021.

"Kita harapkan bibit vaksinnya sudah bisa diserahkan 2021 awal dan produksinya bisa dilakukan paling lambat ya 2021 akhir karena antara menyerahkan bibit vaksin sampai ke produksi massal atau vaksinasi itu diperlukan waktu. Untuk uji klinis tahap 1 itu fokus pada keamanan vaksin dengan jumlah relawan terbatas, kemudian tahap 2 sudah bicara keamanan dan kemanjuran, khasiat dari vaksin dengan relawan yang masih relatif terbatas dan baru tahap 3 itu menguji vaksin untuk berbagai kelompok masyarakat berdasarkan gender, suku, ras dan segala macam untuk memastikan tingkat efektivitasnya itu bisa dijamin," kata Bambang saat bincang khusus dengan detikcom, Kamis (19/11/2020).

Setelah diproduksi itu, vaksin bisa langsung disuntikkan ke masyarakat pada saat itu juga jika sudah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun Bambang menegaskan, Indonesia tidak mau terburu-buru dalam hal pengadaan Vaksin Merah Putih, yang terpenting adalah memastikan keamanan dan keefektifan dari vaksin tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya begitu diproduksi kan bisa langsung dipakai vaksinasi, yang penting kan izinnya keluar. Yang harus dipahami vaksin itu bukan adu cepat, vaksin itu justru adu efficacy-nya. Percuma kita buru-buru cari vaksin tapi nanti vaksinnya berisiko, atau vaksinnya tidak manjur, jadi bisa saja vaksinnya aman tapi tidak efektif, artinya tidak efektif daya tahan tubuh yang ditimbulkan oleh vaksin itu bisa efektifitasnya kurang atau jangka waktunya pendek," ucapnya.

Bambang menjelaskan saat ini Vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman, Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Airlangga sudah mencapai fase uji kepada hewan dan bakal diserahkan duluan ke Bio Farma. Dari 6 lembaga yang mengembangkan vaksin, tiga institusi itu yang paling cepat.

ADVERTISEMENT

"Mereka bertiga ini tampaknya sudah relatif cukup maju dan kita harapkan bibit vaksinnya sudah bisa diserahkan 2021 awal. Khusus yang Eijkman karena itu langsung di bawah koordinasi kami, saat ini sedang persiapan untuk uji pra klinis di hewan dan targetnya Februari kita bisa serahkan bibit vaksin ke Bio Farma," imbuhnya.

Mengingat dalam pengembangannya terbilang cukup cepat untuk pengadaan sebuah vaksin, diperkirakan daya tahan vaksin COVID-19 mana pun tidak akan seumur hidup sehingga butuh beberapa kali suntikkan. Untuk itu lah, Vaksin Merah Putih dihadirkan.

"Karena ini vaksinnya relatif cepat penelitiannya dan pengembangannya, maka kemungkinan daya tahan tubuh yang ditimbulkan dari vaksin itu tidak akan seumur hidup. Tidak seperti kita disuntik polio atau cacar yang seumur hidup, ini kemungkinan akan bertahan pada periode tertentu. Jadi kalau nanti Vaksin Merah Putih baru masuk akhir 2021, tetap itu akan dibutuhkan," tandasnya.




(dna/dna)

Hide Ads