Harga Vaksin Merah Putih dipastikan bakal lebih murah dari vaksin lainnya yang impor dari negara lain. Estimasi harganya diperkirakan tidak sampai US$ 5 atau Rp 71.000 per dosis (kurs Rp 14.200/US$).
"Kisaran harga sekarang masih susah lah karena masih jauh kita dari produk akhir. Tapi kalau kita pakai patokan US$ 5 ya harusnya di bawah US$ 5 per dosis," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro saat bincang khusus dengan detikcom, Kamis (19/11/2020).
Harga Vaksin Merah Putih bisa lebih murah karena biaya riset dan pengembangannya sudah ditanggung pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pihaknya sendiri menganggarkan Rp 300 miliar untuk pengembangan vaksin tahun depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harusnya lebih murah ya karena biaya risetnya tadi plus biaya uji klinis kan sudah ditanggung APBN. Yang riset dan lab misalnya Eijkman itu karena alatnya kan sudah lengkap sehingga kalau untuk risetnya saja itu mungkin Rp 10 miliar kira-kira riset di lab-nya. Nah yang mahal itu uji klinis, untuk uji klinis kita sudah anggarkan kira-kira Rp 300 miliar tahun depan untuk uji klinis semua jenis Vaksin Merah Putih," ucapnya.
Jadi, faktor yang menentukan harga Vaksin Merah Putih hanya berdasarkan biaya produksi yang dikeluarkan oleh Bio Farma sebagai pembuat vaksin tersebut.
"Jadi nanti yang jadi faktor harga itu hanya biaya produksi di Bio Farma, baik untuk membuat di dalam botolnya, ditambah mungkin distribusi. Distribusi sudah ditanggung Kemenkes melalui APBN juga, jadi praktis hanya biaya produksi di Bio Farma plus mungkin margin untuk Bio Farma ya," jelasnya.
"Jadi logikanya lebih murah dari yang luar karena yang luar itu kan sudah memasukkan unsur mereka melakukan riset, uji klinis, yang mereka biaya sendiri," lanjutnya.
(dna/dna)