2020 Jadi Mimpi Buruk Buat Industri Manufaktur

2020 Jadi Mimpi Buruk Buat Industri Manufaktur

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 29 Des 2020 07:30 WIB
Industri manufaktur
Foto: Istimewa
Jakarta -

Sektor industri, khususnya industri manufaktur menghadapi mimpi buruk pada tahun 2020 ini. Sebab, di saat sedang bagus-bagusnya tak disangka industri ini diganggu oleh pandemi virus Corona (COVID-19).

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan pada Januari ke Februari terlihat Purchasing Manager Index (PMI) industri manufaktur mencatat rekor di angka 51,9. Hal itu membuat dirinya memiliki harapan yang luar biasa cerah kepada sektor industri manufaktur.

Sayangnya tak berselang lama wabah virus Corona di China meningkat pesat dan mulai bergerak ke negara-negara tetangga seperti Jepang dan Korea Selatan, hingga akhirnya tiba di Indonesia dan membuat industri dalam negeri babak belur. Itu terlihat dari PMI yang langsung anjlok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita bisa melihat Indonesia sendiri mulai diserang, secara dalam tanda petik masif oleh musuh kita yang disebut dengan COVID-19 ini pada bulan Maret, sebetulnya Februari akhir dan Maret kita bisa lihat PMI kita langsung drop, Maret ke 45,3, dan juga pada bulan April turun ke 27,5," kata dia dalam konferensi pers akhir tahun 2020 secara virtual, kemarin Senin (28/12/2020).

Dilihat dari indikator perekonomian nasional pada awal tahun ini secara year on year, pada kuartal I ini industri pengolahan nonmigas tumbuh melambat sebesar 2,01%, dan kemudian akibat COVID-19 maka pada kuartal II terkontraksi di minus 5,74%.

ADVERTISEMENT

Kemudian akibat dari menurunnya produktivitas di masa pandemi, utilisasi industri pengolahan nonmigas berkurang hingga 59%. Itu adalah rata-rata pada April sampai November 2020. Bahkan, pada Maret-April-Mei sampai Agustus ini, rata-rata utilisasi industri berada di bawah 50% untuk beberapa sektor dan subsektor.

"Nah ini ketika dibandingkan dengan tahun lalu di mana atau sebelum COVID datang, dimana utilisasi dari industri rata-rata mencatat 76,29%. Jadi, kita bisa lihat penurunannya cukup drastis setelah masuknya COVID-19 ke Indonesia," tambah Agus.

Bagaimana dengan industri manufaktur tahun depan? baca proyeksinya di halaman selanjutnya.

Agus memperkirakan industri pengolahan nonmigas akan terkontraksi dengan perbaikan pertumbuhan sebesar minus 2,22% di akhir 2020.

Selanjutnya pada tahun 2021 dengan asumsi pandemi COVID-19 sudah dapat dikendalikan, dan dengan adanya vaksin maka aktivitas ekonomi akan kembali pulih seperti sebelum hadirnya virus tersebut di Indonesia.

"Kami memproyeksikan bahwa pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia pada tahun 2021 akan tumbuh 3,95% yang mendekati titik 4%," sebutnya.

Kondisi tahun depan, pihaknya memproyeksikan bahwa semua sektor dan semua subsektor industri manufaktur akan mampu tumbuh positif.

Investasi pun diperkirakan akan tetap menjadi faktor penggerak pertumbuhan sektor industri tahun depan. Itu juga didorong oleh terbitnya Undang-undang Cipta Kerja dan komitmen pemerintah untuk menyelesaikan aturan-aturan turunannya.

"Investasi sektor industri pengolahan di tahun 2021 diproyeksikan akan tetap naik hingga mencapai Rp 323 triliun. Ini proyeksi kami pada tahun 2021," paparnya.

Pihaknya optimis lantaran pandemi COVID-19 dianggap tak banyak mempengaruhi sisi investasi di sektor industri manufaktur. Kontraksi investasi di Indonesia lebih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

"Banyak sekali rencana relokasi pabrik-pabrik termasuk pabrik dari China yang membuktikan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara tujuan investasi yang sangat menarik bagi para investor," tambahnya.


Hide Ads