INKA memodifikasi kereta tersebut dalam waktu tiga bulan. Kini, kereta itu sudah siap digunakan, khususnya untuk fasilitas isolasi mandiri pasien COVID-19, INKA juga memasang fitur untuk menjaga sirkulasi udara di dalam kereta yang diisi oleh pasien COVID-19.
"Nah karena COVID-19, kita pasang juga negative pressure. Itu agar kuman tidak ke mana-mana. Seperti AC, cuma disedot. Jadi udara bersih kita hembuskan dari AC, udara kotor yang ada kuman kita sedot ke luar, tetapi dikasih filter, itu namanya negative pressure, kan itu digunakan juga untuk ruang isolasi COVID-19," ujar dia.
Sementara waktu ini, EMT itu akan diletakkan di kantor INKA Madiun. Pasalnya, kebutuhan listrik dan air untuk EMT tersebut akan dipasok oleh INKA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun paramedis yang bertugas nantinya jika kereta digunakan sebagai fasilitas isolasi pasien COVID-19, akan disiapkan oleh Dinas Kesehatan Madiun. "Operatornya Depkes, dokter dan paramedisnya dari situ," ujarnya.
Ia membeberkan, biaya memodifikasi EMT tersebut diperkirakan Rp 400 juta. Dana tersebut berasal dari CSR perusahaan dan juga akumulasi dari THR direksi INKA pada Lebaran 2020.
"Nggak mahal, hanya berapa ratus juta. Kan beli bed saja kok. Ini dari CSR kita, kita juga mengumpulkan sumbangan untuk COVID-19. Sebagian kita belikan masker untuk RS, sebagian untuk ini. Dan kemarin direksi kan nggak boleh terima THR, ya sebagian untuk itu. Jumlahnya mungkin Rp 400 juta, sekitar itu," papar Budi.
Jika pandemi sudah usai, maka EMT itu akan diberikan ke BNPB sebagai rumah sakit (RS) berjalan untuk penanganan bencana.
"Jadi kalau nanti misalnya jalan terputus, ini kan bisa dipakai kalau ada bencana di Jawa katakanlah rumah sakit berjalan. Itu intinya," pungkasnya.
(ara/ara)