PT Industri Kereta Api (Persero) alias INKA merombak kereta sejenis KRL menjadi fasilitas isolasi pasien virus Corona (COVID-19). Direktur Utama (Dirut) INKA Budi Noviantoro mengatakan, kereta yang dirombak itu sebelumnya sudah menganggur hampir 20 tahun.
"Ceritanya di INKA ada aset pemerintah, kereta lama, sejenis dengan KRL. Sudah lama ini, mungkin sudah 20 tahun yang lalu dititipkan di sini. Nah waktu berapa bulan setelah COVID-19 ini saya berpikir. Daripada di sini jadi rongsokan, ya sudah dimodifikasi," kata Budi kepada detikcom, Kamis (21/1/2021).
Kereta tersebut dinamakan emergency medical train (EMT). Awalnya, INKA akan menyerahkan kereta tersebut ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, dikarenakan kondisi pandemi, Pemerintah Kota Madiun meminta kereta tersebut digunakan sebagai cadangan fasilitas isolasi mandiri pasien COVID-19 di wilayah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena ini kan untuk COVID-19 nggak mudah. Tapi nanti kalau untuk RS berjalan nggak masalah, nanti ya. Tapi kan karena COVID-19 harus ada stasiun. Gubernur Jatim, Bu Khofifah sudah minta di Nganjuk. Awalnya Surabaya. KAI sih nggak menolak, tapi bagaimana? Siapa yang mengurus? Ya benar juga, harus ada air bersihnya, listriknya, harus ada nakes, ada operator. Jadi masih negosiasi. Karena lama, Pak Wali Kota minta ya sudah letakkan saja di Madiun. Ya sudah nggak apa-apa untuk masyarakat Madiun," kata Budi.
Kereta itu telah dilengkapi dengan tempat tidur pasien COVID-19. EMT itu berjumlah 3 rangkaian kereta atau trainset. Masing-masing trainset memiliki 8 gerbong.
![]() |
Rinciannya, 6 gerbong untuk pasien dengan kapasitas 48 orang, dan 2 gerbong untuk paramedis dengan kapasitas 24 orang, sehingga total 3 train set EMT itu bisa menampung 144 pasien dan 72 paramedis.
"Satu gerbong itu bisa 8 bed atau 8 pasien. Di samping itu bisa untuk obat, logistiknya, untuk tidurnya dokter dan perawat. Jadi kereta ini disusun untuk pasien, dokter, paramedis," ungkap Budi.
Berlanjut ke halaman berikutnya.