INKA Rombak Kereta Nganggur Jadi Tempat Isolasi Pasien COVID-19

INKA Rombak Kereta Nganggur Jadi Tempat Isolasi Pasien COVID-19

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 21 Jan 2021 16:04 WIB
INKA Rombak Kereta Nganggur Jadi Tempat Isolasi Pasien COVID-19
Foto: Dok. INKA
Jakarta -

PT Industri Kereta Api (Persero) alias INKA merombak kereta sejenis KRL menjadi fasilitas isolasi pasien virus Corona (COVID-19). Direktur Utama (Dirut) INKA Budi Noviantoro mengatakan, kereta yang dirombak itu sebelumnya sudah menganggur hampir 20 tahun.

"Ceritanya di INKA ada aset pemerintah, kereta lama, sejenis dengan KRL. Sudah lama ini, mungkin sudah 20 tahun yang lalu dititipkan di sini. Nah waktu berapa bulan setelah COVID-19 ini saya berpikir. Daripada di sini jadi rongsokan, ya sudah dimodifikasi," kata Budi kepada detikcom, Kamis (21/1/2021).

Kereta tersebut dinamakan emergency medical train (EMT). Awalnya, INKA akan menyerahkan kereta tersebut ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, dikarenakan kondisi pandemi, Pemerintah Kota Madiun meminta kereta tersebut digunakan sebagai cadangan fasilitas isolasi mandiri pasien COVID-19 di wilayah tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena ini kan untuk COVID-19 nggak mudah. Tapi nanti kalau untuk RS berjalan nggak masalah, nanti ya. Tapi kan karena COVID-19 harus ada stasiun. Gubernur Jatim, Bu Khofifah sudah minta di Nganjuk. Awalnya Surabaya. KAI sih nggak menolak, tapi bagaimana? Siapa yang mengurus? Ya benar juga, harus ada air bersihnya, listriknya, harus ada nakes, ada operator. Jadi masih negosiasi. Karena lama, Pak Wali Kota minta ya sudah letakkan saja di Madiun. Ya sudah nggak apa-apa untuk masyarakat Madiun," kata Budi.

Kereta itu telah dilengkapi dengan tempat tidur pasien COVID-19. EMT itu berjumlah 3 rangkaian kereta atau trainset. Masing-masing trainset memiliki 8 gerbong.

ADVERTISEMENT
INKA Rombak Kereta Nganggur Jadi Tempat Isolasi Pasien COVID-19INKA Rombak Kereta Nganggur Jadi Tempat Isolasi Pasien COVID-19 Foto: Dok. INKA

Rinciannya, 6 gerbong untuk pasien dengan kapasitas 48 orang, dan 2 gerbong untuk paramedis dengan kapasitas 24 orang, sehingga total 3 train set EMT itu bisa menampung 144 pasien dan 72 paramedis.

"Satu gerbong itu bisa 8 bed atau 8 pasien. Di samping itu bisa untuk obat, logistiknya, untuk tidurnya dokter dan perawat. Jadi kereta ini disusun untuk pasien, dokter, paramedis," ungkap Budi.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

INKA memodifikasi kereta tersebut dalam waktu tiga bulan. Kini, kereta itu sudah siap digunakan, khususnya untuk fasilitas isolasi mandiri pasien COVID-19, INKA juga memasang fitur untuk menjaga sirkulasi udara di dalam kereta yang diisi oleh pasien COVID-19.

"Nah karena COVID-19, kita pasang juga negative pressure. Itu agar kuman tidak ke mana-mana. Seperti AC, cuma disedot. Jadi udara bersih kita hembuskan dari AC, udara kotor yang ada kuman kita sedot ke luar, tetapi dikasih filter, itu namanya negative pressure, kan itu digunakan juga untuk ruang isolasi COVID-19," ujar dia.

Sementara waktu ini, EMT itu akan diletakkan di kantor INKA Madiun. Pasalnya, kebutuhan listrik dan air untuk EMT tersebut akan dipasok oleh INKA.

Adapun paramedis yang bertugas nantinya jika kereta digunakan sebagai fasilitas isolasi pasien COVID-19, akan disiapkan oleh Dinas Kesehatan Madiun. "Operatornya Depkes, dokter dan paramedisnya dari situ," ujarnya.

Ia membeberkan, biaya memodifikasi EMT tersebut diperkirakan Rp 400 juta. Dana tersebut berasal dari CSR perusahaan dan juga akumulasi dari THR direksi INKA pada Lebaran 2020.

"Nggak mahal, hanya berapa ratus juta. Kan beli bed saja kok. Ini dari CSR kita, kita juga mengumpulkan sumbangan untuk COVID-19. Sebagian kita belikan masker untuk RS, sebagian untuk ini. Dan kemarin direksi kan nggak boleh terima THR, ya sebagian untuk itu. Jumlahnya mungkin Rp 400 juta, sekitar itu," papar Budi.

Jika pandemi sudah usai, maka EMT itu akan diberikan ke BNPB sebagai rumah sakit (RS) berjalan untuk penanganan bencana.

"Jadi kalau nanti misalnya jalan terputus, ini kan bisa dipakai kalau ada bencana di Jawa katakanlah rumah sakit berjalan. Itu intinya," pungkasnya.


Hide Ads