Sedih, Sudah 3 Tahun Garam Petani di Lombok Nggak Laku

Sedih, Sudah 3 Tahun Garam Petani di Lombok Nggak Laku

Faruk Nickyrawi - detikFinance
Senin, 22 Mar 2021 17:23 WIB
Komisi Pengawaaan Persaingan Usaha (KPPU) menyiapkan putusan untuk tujuh perusahaan terlapor dalam kasus dugaan kartel garam. Tujuh perusahaan itu diduga melanggar Undang-undang nomor 5 tahun 1999 dalam Perdagangan Garam Industri Aneka Pangan di Indonesia.
Ilustrasi garam/Foto: Amir Baihaqi
Lombok -

Petani garam kristal, di Desa Ketapang Raya, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) meradang. Pasalnya, selama 3 tahun terakhir garam nggak laku dijual.

Akibatnya, garam mereka masih menumpuk di gudang. Kondisi tersebut diungkap Kepala Desa Ketapang Raya, Zulkifli, saat dihubungi detikcom. Menurutnya, garam tersebut tidak terjual karena pembeli menawarkan harga yang sangat murah, sehingga petani garam terpaksa menyetok garam mereka.

"Bukan tidak ada yang beli, tapi harganya yang sangat murah dan petani garam banyak yang setok garam," ungkapnya pada detikcom Senin (22/3/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain karena persoalan harga, tidak lakunya garam jenis garam kristal yang diproduksi oleh petani Ketapang Raya tersebut juga disebabkan oleh BUMD yang biasa mengambil garam mereka, tidak lagi tertarik dengan garam mereka dan lebih tertarik pada garam produksi daerah lain seperti Kabupaten Bima.

"Walaupun ada BUMD yang punya usaha untuk membeli garam rakyat, kelihatanya lebih berpihak beli di daerah luar Lombok seperti dari Bima sehingga petani garam kita di Lombok meradang," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Zulkifli mengaku sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pengurus desa dalam membantu petani agar garam mereka bisa laku terjual. Namun, upaya-upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang baik.

"Sudah banyak langkah yang kami ambil, namun sampai sekarang juga belum membuahkan hasil. Kami pernah juga berdiskusi dengan pihak perusahaan yang ada di Jakarta, tapi sampai dengan sekarang belum ada jawaban yang pasti," tutur Zulkifli.

Akibatnya dari tidak adanya garam yang terjual selama 3 tahun terakhir, Zulkilfi mengungkapkan untuk memenuhi ekonomi keluarga, banyak warganya yang mengalihkan lahan garam mereka menjadi tambak budidaya ikan.

"Petani kita sekarang ini sudah banyak yang pindah fungsikan lahannya menjadi tambak budidaya, karena mereka beranggapan tidak bisa terus menerus bertahan untuk memproduksi garam karena harga yang tidak pernah berpihak kepada mereka," cetusnya.

(hns/hns)

Hide Ads