Pemicu kedua, sambung Enny yang menyebabkan impor TPT meningkat adalah masalah regulasinya yang dinilai masih pro impor terutama bahan jadi.
"Misalnya di bahan baku tekstil, pemerintah memang sudah melakukan yang namanya safeguard atau pengamanan tambahan tarif, tambahan dengan pengenaan safeguard, tentu ini data mengenai pertumbuhan daya tarif investasi ke hulu meningkat karena safeguard untuk industri hulu, sementara di sisi hilirnya tidak terdapat pengamanan sama sekali bahkan untuk impor yang kita sudah meratifikasi FTA seperti dari China, Thailand, Vietnam itu nol persen," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemicu ketiga soal investasi. Pengamanan yang kurang pada sisi hilir memicu sentimen buruk pada investasi. Akhirnya, realisasi investasi pada sisi hilir atau pakaian masih rendah. Hal ini nantinya bisa menimbulkan masalah baru yaitu bisa menggerus IKM TPT sekaligus tenaga kerja di dalamnya.
"Bonus demografi Indonesia mestinya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan devisa negara melalui perlindungan pasar dalam negeri dari impor yang berlebihan. Hal ini akan memberi kepastian pasar bagi industri TPT dalam negeri, khususnya IKM, karena pasar dalam negeri merupakan pangsa pasar utama bagi IKM," imbuhnya.
Di kesempatan yang sama, Pelaku Industri Pakaian Jadi dari Pekalongan, Jateng, Andrew Muljono menceritakan tantangannya menghadapi gempuran impor. Menurutnya belakangan ini konsumsi pada TPT memang sudah mulai mengalami peningkatan dibanding 2020. Akan tetapi, peningkatan konsumsi produk TPT justru paling banyak dinikmati oleh produk TPT impor.
"Konsumsi benar naik, tidak salah, tapi yang nikmati bukan kami IKM, yang menikmati itu sebagian besar impor," kata Andrew.
Andrew sepakat dengan Enny bahwa para unit usahanya merasa pengamanan di sisi hilir masih kurang bahkan tak terasa, ini yang membuat barang impor bebas masuk ke pasar Indonesia.
"Safeguard di hulu itu sih udah, tapi di hilir di garmennya itu belum, dan saya sepakat dengan bu Enny ini terbalik, harusnya di garmennya diberikan perlindungan garmen, diberikan safeguard," imbuhnya.
Menurutnya bila dibiarkan TPT impor lancar masuk pasar Indonesia, maka akan banyak IKM yang terancam gulung tikar.
"Saat ini banyak IKM garmen, produk pakaian jadi, ini yang sudah kembang kempis, yang mungkin untuk bertahan sampai tahun depan saja itu sulit, padahal harusnya konsumsi ke depan itu membaik, harusnya IKM mendapat keuntungan," katanya.
Andrew menolak anggapan yang menyebut kualitas produk IKM kalah dengan impor. Justru, sejak ramainya orang beralih ke e-commerce para IKM pada berbenah diri.
"Online itu sensitif dengan kualitas, jadi sebenarnya dengan maraknya online, IKM kami ini dipaksa berbenah di semua hal, dari kualitas, harga dan semuanya, tapi serbuan impor ini yang masuk bukan cuma pakaian baru tapi marak juga pakaian bekas, itu cukup banyak," tuturnya.
(ara/ara)