Menurut Agus awal mula dibentuknya pabrik gula rafinasi sebelum 2010. Pembentukan pabrik giua rafinasi ini dilakukan untuk mempermudah industri makanan dan minuman (mamin) mendapatkan bahan baku. Agus melanjutkan, kala itu kebun tebu nasional belum memadai sementara kebutuhan industri mamin terus bertumbuh.
Kondisi tersebut yang pada 2010 dijadikan dasar dalam terbentuknya pabrik gula rafinasi yang berjumlah 11 perusahaan. Dari 11 pabrik tersebut saat ini total kapasitas produksinya mencapai 5 juta ton. Pun, hingga hari ini utilisasi baru mententuh angka 65% atau terpakai produksi sekitar 3 juta ton.
"Jika tidak melakukan demarkasi (pemisahan) ini pabrik gula rafinasi tidak akan pernah optimal, begitu pula sebaliknya," terangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus menambahkan, bila nanti kapasitas produksi pabrik gula rafinasi sudah optimal dengan produksi pada kapasitas penuh, tentu akan kembali dirumuskan kebijakan baru.
"Mungkin, dengan pembukaan investasi baru mengingat rerata kebutuhan industri mamin memang tumbuh 5 persen bahkan sebelum pandemi pernah mencapai 8,9 persen hingga dua digit," tutur dia.
(dna/hns)