Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI), Timboel Siregar menilai harga yang ditetapkan itu relatif mahal dibandingkan program vaksinasi yang seluruhnya dibiayai pemerintah.
"Harga vaksinasi gotong royong sebesar Rp 879.140,- per pekerja akan membebani pengusaha, terlebih lagi bagi pengusaha yang memiliki banyak pekerja (pada sektor padat karya)," katanya dalam keterangan tertulis yang dikutip detikcom, Minggu (16/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Timboel memprediksi dengan harga sebesar itu, banyak perusahaan yang enggan melakukan vaksinasi gotong royong. Hal itu dikarenakan banyak pengusaha yang terdampak COVID-19 dan cash flow-nya belum pulih sepenuhnya.
"Saya menilai dengan harga yang mahal tersebut akan banyak perusahaan yang enggan untuk mengadakan vaksinasi gotong royong sehingga percepatan pelaksanaan vaksinasi akan terkendala. Memang vaksinasi gotong royong penting tetapi pengusaha akan lebih memprioritaskan kepastian cash flow perusahaan untuk membeli bahan baku dan membayar upah pekerja, dengan tetap berharap diberikannya vaksinasi program kepada para pekerja dan keluarganya yang dibiayai pemerintah," tuturnya.
Timboel meminta pemerintah meninjau ulang biaya vaksinasi gotong royong yang telah ditetapkan tersebut. Pemerintah diharapkan dapat menurunkan dan mendiskusikan lagi dengan kalangan pengusaha agar harga satu dosis vaksin gotong royong bisa diturunkan.
"Biaya penyuntikan senilai Rp 117.910 per dosis (atau Rp 235.820 per pekerja untuk dua kali suntik) hendaknya digratiskan, dan proses vaksinasi gotong royong dapat dilakukan di fasilitas Kesehatan tempat pelaksanaan vaksinasi program," sarannya.
(aid/ara)