Pabrik baterai sel (cell battery) kendaraan atau mobil listrik di Indonesia mulai dibangun Juli atau paling lambat Agustus 2021.
Ekosistem industri kendaraan listrik ini digarap oleh konsorsium yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LG International, POSCO dan Huayou Holding, dan turut melibatkan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) yang beranggotakan empat BUMN.
Berikut fakta-fakta terkini yang detikcom rangkuman mengenai proyek tersebut:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Beroperasi 2023
Pabrik baterai kendaraan listrik ini akan beroperasi pada 2023 akhir, dan memiliki kapasitas produksi baterai mencapai 10 giga watt per hour.
"Insyaallah ini berproses dan berproduksi di tahun 2023 akhir untuk tahap pertama 10 giga," kata Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam webinar yang diselenggarakan Universitas Indonesia (UI), Kamis (24/6/2021).
Dia menjelaskan bulan ini akan menandatangani perjanjian untuk memulai pembangunan pabrik baterai sel, sekaligus menandai peletakan batu pertama (groundbreaking) perdana.
2. RI Hemat Impor BBM
Indonesia bisa menghemat pengeluaran untuk impor BBM jenis gasolin dengan terbangunnya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Devisa yang bisa dihemat sekitar US$ 1-2 miliar atau setara Rp 14,4-28,9 triliun pertahun.
Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia Toto Nugroho mengatakan bahwa Indonesia masih mengimpor sekitar 400 ribu barel gasolin sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
"Kalau kita bisa mengubah ini menjadi EV (kendaraan listrik), tentunya dengan EV yang diproduksi dari Indonesia itu nilai saving dari nilai impor itu bisa mencapai US$ 1 sampai US$ 2 miliar per tahun," ujar Toto.
lanjut ke halaman berikutnya