Sebagian rakyat Indonesia rupanya masih belum sepenuhnya bisa hidup bebas meski Indonesia telah merdeka selama 76 tahun.
Masalahnya, banyak yang tak sadar, mereka terbelenggu dampak rokok yang mengakibatkan mereka tak merdeka secara ekonomi.
Menurut catatan Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA), setidaknya ada 65 juta penduduk dewasa kecanduan rokok. Angka itu belum memasukkan anak dan remaja yang sudah terlanjur kecanduan nikotin.
Apa hubungan rokok dan ekonomi rumah tangga?
Wujud nyata terbelenggunya ekonomi rumah tangga terhadap kecanduan rokok bisa dengan sangat mudah dijumpai di kala pandemi. Survey IDEAS (Institute for Demographic and Poverty Studies) pada keluarga miskin di 5 kota menyebutkan 73,2% perokok miskin mempertahankan pengeluarannya untuk beli rokok dengan mengurangi kebutuhan lainnya.
Sederhananya, mereka rela tak makan asal tetap bisa merokok.
Asisten Koordinator SEATCA di Indonesia, M Bigwanto mengungkap, kondisi ini tak lepas dari kondisi candu yang sudah terlanjur menghinggapi para perokok ini. Menurutnya, kecanduan terhadap rokok ini yang dimanfaatkan para produsen produk olahan tembakau sebagai komoditas.
"Artinya, sejak pertama perokok itu mengenal rokok, sejak saat itu mereka terjebak secara ekonomi," kata dia dalam diskusi yang digelar secara online beberapa waktu lalu.
Fakta yang menunjukkan para perokok rela memangkas pengeluaran untu kebutuhan lain demi sebatang rokok adalah buktinya.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
(dna/dna)