Pandemi COVID-19 memberikan dampak negatif dalam rantai pasok chip. Hal ini menyebabkan terjadinya krisis kelangkaan chip secara global.
Namun masalah kelangkaan chip ini dikabarkan dapat bertahan hingga dua tahun mendatang. CEO Daimler AG, Ola Källenius mengatakan krisis kelangkaan chip global yang telah mengganggu laju produksi mobil ini dapat berlangsung hingga 2022 dan bahkan 2023.
Källenius yang juga merupakan pimpinan Mercedes-Benz mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah menjadi ujian yang berhasil membuat stres industri otomotif, yang membutuhkan tinjauan menyeluruh terhadap rantai pasokannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Produsen chip mengatakan ini akan berlanjut hingga 2022 dari sudut pandang struktural dan kemudian secara bertahap menjadi lebih baik," kata Källenius di pameran Mobilitas Internasional di Munich dikutip dari BBC, Selasa (7/9/2021).
Hal ini berarti kelangkaan chip tersebut baru dapat teratasi sekitar 2023. Källenius berharap agar kondisi kelangkaan chip akibat pandemi ini tidak semakin parah.
"Semoga tidak pada tingkat keparahan yang kami alami di sini dalam beberapa bulan terakhir", tambahnya.
Källenius mengumpamakan COVID-19 telah menjadi stress test dan hambatan untuk industri mobil. Butuh beberapa saat sebelum semuanya bergerak normal lagi.
"Tapi kami akan belajar dari stress test ini dan melihat lebih dalam ke semua tingkatan rantai pasokan untuk membuat sistem lebih kuat," katanya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.