Sejumlah perusahaan asing telah merelokasi atau memindahkan pabriknya dari China ke Indonesia. Salah satunya produsen mesin cuci dari PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PT PMI). Perusahaan tersebut kini berhasil melakukan ekspor perdana ke Jepang.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, relokasi dan ekspor produk mesin cuci ke Jepang tersebut sangat membanggakan. Sebab, negara tersebut dikenal memilik pasar yang sangat sensitif dan selektif terhadap kualitas produk. Artinya, kualitas mesin cuci produksi PT PMI telah diakui.
"Hari ini kami melepas ekspor perdana produk mesin cuci dari PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PT PMI) ke Jepang. Ini merupakan hasil relokasi produksi mesin cuci dari China," katanya dalam sambutannya secara virtual pada acara Ekspor Perdana Produk Mesin Cuci tersebut, Kamis (23/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain mesin cuci, pemerintah juga merelokasi produksi AC dari Malaysia ke Indonesia, serta merelokasi produksi lemari es dari Thailand yang produknya akan diekspor ke Jepang dan Hong Kong. Selain itu, terdapat relokasi produksi mesin cuci dari Taiwan ke Indonesia yang nantinya diekspor ke Taiwan.
Kemenperin mencatat ekspor mesin cuci mencapai US$ 14 juta sepanjang 2020, naik 107% dibandingkan 2019 sebesar US$ 6,76 juta. Pada semester I-2021, ekspor mesin cuci mencapai US$ 4,85 juta.
Agus menjelaskan, pengelolaan dan perbaikan iklim usaha telah diakomodasi oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Dalam UU tersebut, pelaku industri di Indonesia mendapatkan berbagai kemudahan, mulai dari izin usaha hingga pemberian insentif fiskal dan nonfiskal. Hal itu sejalan dengan keinginan pemerintah mendorong percepatan penanganan dan pengendalian pandemi COVID-19, yang sama-sama memprioritaskan pemulihan kesehatan dan ekonomi.
"Pemerintah terus berupaya untuk menjaga tingkat resiliensi industri di dalam negeri melalui sejumlah kebijakan strategis, misalnya berupa pemberian stimulus atau insentif sehingga para pelaku industri bisa mengatasi tantangan pandemi dan terus bertumbuh," ujarnya.
Pada kuartal II-2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik signifikan mencapai 7,07%. Sektor yang berkontribusi terbesar adalah industri manufaktur, dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,91% meskipun mengalami tekanan akibat pandemi COVID-19.
"Terjadinya pertumbuhan sektor industri manufaktur, salah satunya disebabkan oleh sejumlah investor yang tetap percaya untuk merealisasikan investasinya di Indonesia. Artinya, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah saat ini adalah on the right track," jelas Agus.
Pada Januari-Juni 2021, realisasi investasi sektor industri mencapai Rp 167,1 triliun atau berkontribusi sebesar 37,7% dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp 442,7 triliun. Tak hanya itu, nilai investasi sektor industri di semester I-2021 tersebut naik 29% dibanding periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 129,6 triliun.
Sepanjang enam bulan tahun ini, nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) dari sektor industri sebesar Rp 46,3 triliun atau berkontribusi 21,6% dari total PMDN yang mencapai Rp 214,2 triliun. Sedangkan, nilai penanaman modal asing (PMA) dari sektor industri sebesar Rp 120,8 triliun atau berkontribusi 52,9% dari total PMA yang mencapai Rp 228,5 triliun.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Taufiek Bawazier menjelaskan, ekspor yang dilakukan PT PMI menunjukkan bahwa produk Indonesia mampu bersaing di kancah global.
"Kami optimistis Indonesia bisa menjadi champion di sektor industri elektronika," jelasnya.
Lanjut Taufiek, Kemenperin sedang mendorong program substitusi impor 35% pada akhir 2022. Salah satu strateginya adalah pendalaman struktur industri melalui peningkatan produksi komponen elektronika di dalam negeri.
Tonton juga Video: Biden Tak Ingin Cari Perang Dingin Baru, Singgung China?