Dilema Pengendalian Rokok di RI: Antara Kesehatan dan Ekonomi

Dilema Pengendalian Rokok di RI: Antara Kesehatan dan Ekonomi

Tim detikcom - detikFinance
Kamis, 04 Nov 2021 13:06 WIB
Anak dan rokok
Foto: iStock

Tak hanya aspek sosial dan kultural, faktor ekonomi juga menjadi pemicu prevalensi merokok. Kurniawan menjelaskan kebiasaan merokok erat dengan unsur kompleks yang mencerminkan adanya lapangan pekerjaan yang besar bagi petani dan buruh.

"Artinya saat merokok ingin dikurangi, apakah dapat juga dikurangi produksi rokoknya? Dengan demikian juga mengurangi tenaga kerja di sektor itu dan artinya akan berdampak pada pengangguran? Ini menjadi tidak sederhana," ucap Kurniawan.

Demi semakin efektif dalam menekan prevalensi merokok, Kurniawan menyarankan pemerintah juga mendukung penggunaan produk-produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun snus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasalnya, produk-produk ini juga bisa memanfaatkan sumber daya yang sama misalnya dari pertanian tembakau, dan selain itu juga dapat menumbuhkan industri yang baru berkembang dalam beberapa tahun terakhir serta menjaga serapan tenaga kerja.

Bahkan, produsen dalam negeri berperan juga sebagai eksportir. Sehingga, dengan kata lain produk tembakau alternatif dapat menjadi strategi pelengkap selain pendekatan melalui aspek sosial, kultural, dan ekonomi.

ADVERTISEMENT

Untuk itu, pemerintah perlu melakukan literasi mengenai produk ini melalui simpul-simpul sosial dan kultural di masyarakat.

"Sebagai contoh kecil melalui poskamling-poskamling yang ada di setiap RW (rukun warga) di masyarakat yang melakukan siskamling (sistem keamanan lingkungan) misalnya. Itu sebagai contoh saja," ujarnya.

Sementara itu, dalam 4th Scientific Summit on Tobacco Harm Reduction, Konstantinos Kesanopaulos dari University of West Attica menyampaikan bahwa jumlah perokok global mencapai 1,14 miliar orang per 2019. Indonesia tercatat di urutan kedua sebagai negara berpenduduk lebih dari satu juta jiwa dengan prevalensi perokok pria tertinggi di dunia.

Indonesia juga berada di urutan ketiga dari 10 negara konsumen rokok terbesar. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi perokok di atas 15 tahun mencapai 33,8 persen.

"Jika digabungkan, kesepuluh negara ini menjadi rumah bagi 2/3 perokok di dunia," kata dia


(dna/dna)

Hide Ads