Pimpinan BRI Cabang Rantauprapat, Ucok Rajab Pohan mengakui kenaikan harga sawit telah mendorong peningkatan aktivitas perbankan. Peningkatan tak hanya terjadi di penghimpunan dana pihak ketiga (tabungan dan sejenisnya) namun juga terjadi di produk perbankan lainnya seperti penyaluran pinjaman.
"Justru malah mereka menambah investasinya di sawit. Banyak yang berkeinginan seperti itu (membeli kebun sawit). Dari yang saya rasakan itu, dengan bagusnya harga sawit, mereka sharing dana sendiri, sisa kebutuhannya minjam ke bank," kata Ucok.
Sementara Area Head Manager Bank Mandiri Rantauprapat, Ahmad Jefri Ardianto menyampaikan hal yang sedikit berbeda. Secara umum, Jefri mengakui kenaikan harga sawit ikut mendorong peningkatan ekuitas perbankan di tempatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meningkatkan jumlah simpanan masyarakat. Termasuk meningkatnya penjualan produk perbankan.
Namun secara spesifik, Jefri mengatakan penyaluran dana pihak ketiga di tempatnya lebih cenderung kepada kepentingan sebagai modal kerja. Bukan digunakan untuk investasi dalam bentuk kebun sawit.
"Secara umum untuk itu kita memang mesti melihat datanya. Secara pribadi menurut saya ini bukan situasi yang tepat untuk membeli kebun sawit, karena harganya naik. Di tempat kami itu tidak terjadi sih sebenarnya," kata Jefri.
Berdasarkan data dari Bidang Perkebunan di Dinas Pertanian Labuhanbatu, perkebunan swadaya kelapa sawit menopang hajat hidup 20% masyarakat Labuhanbatu. Dengan jumlah penduduk sekitar 400 ribu jiwa atau sama dengan 100 ribu-an KK, 22 ribu KK diantaranya merupakan petani swadaya kelapa sawit.
Total luas kebun petani swadaya kelapa sawit di Labuhanbatu pada tahun 2020 tercatat 38,6 ribu hektar. Adapun total produksi CPO sebesar 115 ribu ton.
Simak Video "Waduh, Swiss Bakal Gelar Referendum Tolak Sawit Asal Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(ang/ang)