Bukan rahasia lagi jika harga tes PCR kilat lebih mahal dibandingkan yang hasilnya harus menunggu berjam-jam hingga seharian. Hal tersebut dituding sebagai modus bagi pebisnis PCR dalam memainkan harga.
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir menjelaskan variasi waktu penyelesaian tes PCR juga terjadi di negara lain, bukan cuma di Indonesia.
"Ada juga yang memberikan tarif itu berdasarkan waktu penyelesaian, ada yang 12 jam, ada yang 3 hari, ada yang 8 jam, dan bervariasi, dan di beberapa negara yang saya lihat, saya pelajarin juga bervariasi sebenarnya," katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya perbedaan harga dari segi kecepatan tes PCR dapat dipahami menggunakan logika. Misalnya satu mesin PCR mampu menampung 96 sampel maka ekonomisnya saat mesin bekerja ada 96 sampel yang diproses.
Honesti menjelaskan ada kalanya sampel yang dikumpulkan belum mencapai kapasitas maksimal mesin PCR. Alhasil bagi masyarakat yang ingin mendapatkan hasil tes dengan cepat harus mengkompensasi kapasitas yang menganggur.
"Kadang-kadang ada sampel itu nggak cukup, atau ada yang pengin cepat sehingga dia harus me-running di bawah kapasitas normal, sehingga terpaksa memang mengkompensasikan yang idle capacity (kapasitas tak terpakai) itu ke harga itu sehingga memang ada perbedaan dari sisi lamanya layanan," tuturnya.
Namun, Honesti menjelaskan bahwa saat ini perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa tes PCR terus belajar sehingga semakin ke sini harga tes PCR bisa lebih murah.