Darmadi pun memaparkan berdasarkan data yang didapatkannya bahwa pada prakteknya banyak pabrik semen di Indonesia hanya melakukan Grinding Mill.
"Contoh, semen Bosowa membuat Finish Mill/Grinding Mill di Banyuwangi (Banyuwangi Cement Mill) klinkernya dikirim dari Sulawesi pastinya, Semen Indonesia ada Finish Mill/Grinding Mill di Gresik (Gresik Cement Mill) yang tentunya pasokan klinker dikirim dari Tuban atau Rembang, karena tentunya dari tahun 1957 tambang dan kiln mesin sudah berhenti," ungkap Wakil Kepala Badan Hubungan Legislatif KADIN itu.
Jadi, menurutnya, pabrik-pabrik di atas tidak terintegrasi dengan proses pembuatan klinker, yang artinya klinker dikirim dari pabrik yang membuat klinker (dari lokasi lain).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kesimpulannya data design capacity cement yang berjumlah 110.301.480 ton/years adalah kapasitas penggilingan bukan kapasitas semen nasional dimana kapasitas semen nasional harus berdasarkan jumlah kapasitas klinker," tegas Anggota Baleg DPR RI.
Jika data salah, Darmadi mengingatkan, maka akan terjadi kelangkaan semen dan mengakibatkan harga akan naik karena demand melampaui supply.
"Hal ini akan mengakibatkan beban masyarakat bertambah dan mengakibatkan naiknya inflasi," jelas Bendahara Megawati Institute itu.
Oleh karenanya, Darmadi menekankan agar Keminves/BKPM segera melakukan dan membuka hasil audit semen nasional ke publik.
"Kementerian Investasi diminta segera mempercepat audit terhadap kapasitas produksi dan konsumsi semen. Jangan sampai Keminves/BKPM terjebak pada data yang tingkat akurasinya masih diragukan," tegas Legislator dari dapil DKI Jakarta III meliputi Jakarta Barat, Utara dan Kepulauan Seribu itu.
(acd/dna)