Vaksin AstraZeneca menjadi berita terpopuler karena efek sampingnya yang langka. Meski ada kekhawatiran tentang perbedaan data dan keterlambatan produksi.
Soriot juga mengatakan, banyak orang telah berfokus pada tantangan yang akan dihadapi di beberapa belahan dunia, yaitu pertumbuhan varian baru sehingga banyak yang membutuhkan vaksin.
"AS dan Eropa mewakili sekitar 10% dari populasi dunia. Ada banyak orang, yang tinggal di banyak negara, yang membutuhkan vaksin, dan sangat terbantu dengan vaksin ini," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AstraZeneca telah memperkirakan peningkatan pendapatan yang tinggi pada 2022 tanpa mengacu pada pergerakan nilai tukar. Persentase kenaikan ini diperkirakan terjadi pada pendapatan per saham di kisaran 20%.
Hal ini membuat AstraZeneca bisa mengantongi pendapatan US$ 40 miliar atau Rp 573,7 triliun lebih cepat.
Hampir 10 tahun, Soriot menduduki posisi puncak di AstraZeneca. Selama itu, Ia berfokus pada inovasi dan investasi dalam R&D.
Perusahaan juga sekarang memiliki 13 blockbuster yang menghasilkan pendapatan lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 14,2 triliun per tahun. Sebanyak lima di antaranya memiliki penjualan bernilai miliaran dolar.
Pada 2021, AstraZeneca memiliki 22 persetujuan dan otorisasi peraturan, dan 14 hasil uji coba tahap akhir yang positif untuk sembilan obat. Pada tahun yang sama juga AstraZeneca melaporkan total pendapatan sebesar US$ 37 miliar atau Rp 529,1 triliun. Total tersebut naik 38% secara tahunan.
Pendapatan tersebut juga termasuk US$ 4 miliar atau Rp 57 triliun dari vaksin COVID-19 yang dikembangkan lagi dalam kemitraan bersama universitas Oxford. AstraZeneca mengalami pertumbuhan dua digit di semua wilayah utamanya, meskipun ada tekanan pada harga di China.
AstraZeneca menutup kesepakatan untuk membeli Alexion pada Juli 2021. Akuisisi tersebut membawa perusahaan terjun ke obat untuk penyakit langka. Perawatan penyakit langka juga menyumbang pendapatan sebesar 8% pada tahun 2021.
(ara/ara)