Pupuk Kaltim Optimistis Mampu Kurangi Emisi Karbon 32,51% di 2030

Pupuk Kaltim Optimistis Mampu Kurangi Emisi Karbon 32,51% di 2030

Muhamad Yoga Prastyo - detikFinance
Selasa, 15 Feb 2022 18:50 WIB
Pupuk Kaltim
Foto: Pupuk Kaltim
Jakarta -

Menanggapi isu keberlanjutan ekosistem lingkungan hidup, pemerintah telah menetapkan target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Salah satu industri yang disoroti yakni industri petrokimia yang menyediakan hampir seluruh bahan baku industri hilir.

Dalam webinar diskusi publik yang berjudul 'Indonesia Net Zero Emission 2060, Transformasi Industri Petrokimia Menjadi Industri Hijau', industri petrokimia disebut berperan signifikan dalam upaya pencapaian bebas emisi karbon, bahkan sebagai penentu keberhasilan tercapainya bebas emisi karbon yang tertera dalam Persetujuan Paris (Paris Climate Agreement).

Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim/PKT), Rahmad Pribadi menyebut pihaknya siap menjadi pionir dalam transformasi industri petrokimia menjadi industri hijau. Ia pun mengungkapkan bahwa terciptanya industri hijau dapat dilakukan dengan mengintegrasikan berbagai upaya yang tertera dalam roadmap Pupuk Kaltim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Roadmap tersebut akan terus kami kembangkan dengan fokus pada 3 pondasi utama, yaitu efisiensi energi lewat digitalisasi, diversifikasi usaha dengan bahan baku energi terbarukan dan melakukan praktik ekonomi sirkular guna memanfaatkan emisi produksi menjadi komoditas bisnis baru seperti soda ash," kata Rahmad dalam keterangan tertulis, Selasa (15/2/2022).

"Praktik-praktik ini tidak hanya sebagai upaya mengurangi jejak karbon, tetapi dapat memberikan dampak keberlanjutan dan multiplier effect positif baik bagi perusahaan, masyarakat sekitar, maupun negara," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Rahmad juga menjelaskan bahwa saat ini pihaknya mulai menggunakan biomassa sebagai sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Dengan praktik ini, diperkirakan dapat mengurangi emisi pabrik hingga 5,4%.

Selain itu, Pupuk Kaltim juga melakukan reaktivasi pabrik urea Proyek Optimasi Kaltim (POPKA-2) yang berpotensi mengurangi emisi hingga 3,4% atau sebesar 145.408 ton CO2 per tahun. Pihaknya juga menyiapkan kapasitas penyimpanan carbon storage sebesar 130 MM ton CO2 atau sekitar 21% total penyimpanan karbon di Indonesia.

Lebih lanjut, Pupuk Kaltim juga mengajak masyarakat untuk menanam tanaman yang dapat menyerap CO2 seperti mangrove, matoa, mahoni, durian, dan lainnya. Rahmad pun menyebut pihaknya akan menargetkan untuk menanam 50.000 jenis pohon per tahun.

Kegiatan ini diharapkan mampu menyerap karbon hingga 35.500 ton per tahun. Selain itu, kegiatan ini juga diharap dapat memberi nilai tambah dengan memanfaatkannya menjadi produk lain seperti kosmetik, makanan, dan lainnya.

Sementara itu, dalam webinar tersebut juga disebutkan upaya yang dapat dilakukan sektor industri guna menurunkan gas emisi, di antaranya:

Pemanfaatan Teknologi Rendah Karbon

Implementasi teknologi rendah karbon mampu mengurangi jumlah gas buangan dalam proses produksi, diantaranya melalui teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS). Meskipun teknologi ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, namun perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah gas emisi karbon.

Menerapkan Program Industri Hijau Secara Keseluruhan

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Laksmi Dhewanthi menyebut upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan juga termasuk ke dalam upaya yang tidak hanya bermanfaat terhadap lingkungan, tetapi juga cost effective dan efisien sehingga tercipta lingkungan yang hijau serta ekonomi hijau.

Salah satu caranya dengan menerapkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai alternatif energi serta penggunaan bahan baku yang lebih ramah lingkungan dan memiliki emisi yang lebih rendah.

Penerapan Ekonomi Sirkular

Penerapan ekonomi sirkular memanfaatkan bahan baku dari bahan atau gas buangan produksi yang masih bisa digunakan dengan semaksimal mungkin. Dengan demikian, terjadi pemanfaatan gas buangan yang dapat mengurangi jejak karbon dari proses produksi.

Rahmad menuturkan, dalam mengurangi emisi gas karbon ke depannya diperlukan peran proaktif dari pelaku industri. Salah satu caranya dengan menciptakan budaya ramah lingkungan dalam internal perusahaan. Ia pun yakin pihaknya akan memberikan usaha yang optimal dalam mencapai target untuk mengurangi emisi gas karbon.

"Dengan konsistensi dalam penerapan berbagai upaya pengurangan gas buangan serta rutin melakukan evaluasi, Pupuk Kaltim siap dan optimis mampu mencapai target untuk mengurangi emisi gas karbon hingga 32,51% pada 2030," ucapnya.

"Kami berharap dengan aksi nyata kami, dapat menginspirasi pihak lain dari sektor sejenis maupun sektor lainnya untuk bersama-sama bertransformasi menjadi industri yang lebih hijau. Dengan demikian, bukan tidak mungkin di tahun 2060, Pupuk Kaltim serta industri lainnya akan mencapai net zero emission serta mendukung target pemerintah," pungkas Rahmad.