Dengan fakta tersebut, Khotib menilai produk tembakau yang dipanaskan merupakan alternatif bagi perokok dewasa yang selama ini kesulitan berhenti merokok. Berdasarkan dari hasil penelitian, filter 0,45 mikron yang ditempatkan pada produk tembakau yang dipanaskan tetap bersih. Sedangkan pada rokok putih filter 0,45 mikron berubah menjadi hitam.
"Dengan data yang saya dapatkan, kalau ingin mengurangi risiko lebih baik beralih. Tapi, sekali lagi produk ini tidak menghilangkan namun dapat mengurangi bahaya," tegasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan berbeda, Dosen Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan ahli toksikologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Shoim Hidayat menambahkan, produk tembakau yang dipanaskan mampu menurunkan komponen kimia berbahaya karena pemanasan terjadi pada suhu maksimum 350 derajat Celcius. Dengan demikian, proses dekomposisi termal atau termolisis yang terjadi hanya penguapan.
"Tidak ada proses pembakaran. Dengan demikian, ragam senyawa yang terbentuk juga tidak seberagam seperti pada pembakaran," ungkapnya.
Pada asap rokok, yang terjadi akibat pembakaran, terdapat sekitar lima ribu bahan kimia berbahaya. Bahan-bahan kimia tersebut ada yang bersifat toksik atau disebut Harmful and Potentially Harmful Constituents (HPHC). Sementara senyawa yang terdapat pada uap produk tembakau yang dipanaskan jauh lebih sedikit, sekitar 80 jenis.
"Kadar HPHC pada uap dari produk tembakau yang dipanaskan, rata-rata 90 persen lebih rendah dibandingkan dengan asap rokok. Dengan kata lain, risiko kesehatan yang ditimbulkan lebih rendah," tutup Shoim.
(dna/dna)