Bakrie Niat Banget Garap Mobil Listrik, Ini Buktinya

Bakrie Niat Banget Garap Mobil Listrik, Ini Buktinya

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 02 Jun 2022 19:15 WIB
Ilustrasi mobil listrik
Foto: Getty Images/iStockphoto/Tramino
Jakarta -

Grup Bakrie menunjukkan niat serius terhadap industri mobil listrik di Indonesia. Selain menggarap proyek bus dan angkutan umum bertenaga listrik, perusahaan ini juga mengembangkan kerjasama dalam membangun laboratorium penelitian dan pengembangan teknologi baterai kendaraan listrik dalam negeri.

Kerjasama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepakatan (MoU) yang dilakukan oleh PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR) dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, setelah sebelumnya memberi dukungan pada institusi pendidikan lainnya yaitu PENS.

Sebagai tambahan informasi, PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR) merupakan anak perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) yang bergerak di bidang manufaktur elektrifikasi transportasi dan ekosistem telematika. Penandatanganan itu dilakukan oleh Direktur Utama PT VKTR Teknologi Mobilitas, Gilarsi W. Setijono dan Ketua Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI-PT) Teknologi Penyimpanan Energi Listrik UNS, Prof. Agus Purwanto, di Surakarta, Jawa Tengah, dilansir melalui siaran pers resmi PT. Bakrie & Brothers Tbk, Kamis (02/06/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagai komponen utama dari kendaraan listrik, teknologi baterai yang ada saat ini masih mengalami banyak keterbatasan, sehingga masih sangat terbuka untuk dipelajari dan dikembangkan. Berdasarkan pemikiran itu, rencana kerja sama strategis dengan UNS ini kita lakukan," tutur Direktur Utama PT VKTR Teknologi Mobilitas Gilarsi W. Setijono.

Gilarsi menambahkan, keterbatasan teknologi baterai saat ini terdapat di dua aspek, yakni aspek performa atau kinerja baterai, dan aspek harga bahan baku atau material baterai yang masih sangat mahal. Jika dua hal ini bisa diatasi, maka upaya pengembangan teknologi baterai akan lebih maju lagi.

ADVERTISEMENT

Gilarsi juga menjelaskan bahwa posisi Indonesia dalam rantai produksi baterai kendaraan listrik sangat strategis. Pasalnya, Indonesia saat ini tercatat sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar, yakni mencapai 52 persen dari total cadangan nikel dunia.

Ditambah lagi, nilai ekonomi nikel semakin tinggi akibat adanya perang antara Rusia dan Ukraina, yang memicu kekhawatiran akan menipisnya pasokan nikel karena gangguan produksi di Rusia. Menurutnya, situasi global ini sangat menguntungkan bagi Indonesia.

"Saya kira ini merupakan peluang yang besar bagi kita sebagai negara produsen nikel terbesar untuk menjadi pemain nikel terkemuka terutama dalam rantai suplai bahan baku untuk baterai kendaraan listrik," ujar Gilarsi.

Sebelumnya, VKTR telah menandatangani kerja sama strategis dengan sejumlah pihak, diantaranya produsen bus listrik terkemuka dunia BYD Auto, produsen baterai ramah lingkungan asal Inggris BritishVolt, perusahaan karoseri Tri Sakti, perusahaan teknologi heavy mobility dari Inggris Equipmake, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dan sejumlah pihak lainnya.

Menurut Gilarsi, kerja sama dengan berbagai pihak ini merupakan salah satu strategi VKTR untuk melakukan lokalisasi teknologi dan produk-produk manufakturnya. Dengan demikian, pihaknya ingin agar ekosistem elektrifikasi transportasi di Indonesia dibangun secara lengkap dari hulu hingga ke hilir.

Gilarsih menambahkan, awal tahun ini sejumlah 30 unit bus listrik VKTR-BYD telah diluncurkan sebagai bagian dari armada Transjakarta dan telah hilir mudik di jalanan melayani transportasi warga ibu kota. Ke depan, pihaknya akan memperluas jangkauan produk VKTR ke daerah-daerah lain selain DKI Jakarta.

"Insya Allah, kami optimis dengan dukungan pemerintah, para pebisnis terkait serta masyarakat luas, VKTR akan mampu menjadi pemain utama dalam bisnis dan industri kendaraan listrik yang dapat dibanggakan," pungkasnya.




(das/das)

Hide Ads