Sektor Manufaktur RI Masih Kinclong Kala Inggris-Jerman Ompong

ADVERTISEMENT

Sektor Manufaktur RI Masih Kinclong Kala Inggris-Jerman Ompong

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 26 Sep 2022 20:45 WIB
Manufaktur
Foto: shutterstock
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sektor manufaktur Indonesia masih mencatatkan ekspansi. Ini terjadi saat sektor manufaktur di beberapa negara justru mengalami pelemahan.

Global Purchasing Managers Index (PMI) per Agustus 2022 turun dari 51,5 ke 50,3. Sementara dari negara G20 dan Asean-6, hanya 24% yang PMI-nya masih akselerasi atau manufakturnya mengalami ekspansi.

"Dari negara-negara G20 dan Asean-6, 24% saja yang PMI-nya masih mengalami akselerasi, atau manufakturnya masih mengalami ekspansi dan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Ini termasuk Indonesia, Thailand, Filipina, Rusia, Vietnam dan Arab Saudi," katanya dalam paparan APBN KITA, Senin (26/9/2022).

Melansir dari investopedia, PMI adalah indeks yang menunjukkan arah tren ekonomi di sektor manufaktur. PMI memberi informasi tentang kondisi bisnis manufaktur, yang bisa menjadi pertimbangan perusahaan atau investor dalam mengambil keputusan.

PMI di atas 50 menunjukkan sektor manufaktur mengalami ekspansi atau kemajuan. PMI di bawah 50 menunjukkan sektor manufaktur mengalami kontraksi atau perlambatan. Misalnya terjadi penurunan permintaan dari konsumen.

Sementara itu, Sri Mulyani menyebut 4% mengalami pemulihan, yaitu Prancis yang berhasil naik ke level ekspansi dari sebelumnya kontraktif. Sementara 32% mengalami perlambatan, yaitu berada di level ekspansi namun turun dari bulan sebelumnya.

Adapun negara-negara tersebut adalah Arab Saudi, Jepang, India, Malaysia, Brazil, Australia, Singapura, dan Afrika Selatan. Dan, 40% berada di level kontraksi yang justru terjadi di negara-negara maju.

Sektor manufaktur Jerman, Inggris, Italia, China, Korea Selatan, Meksiko, Spanyol Turki hingga Kanada mengalami pelemahan. Melihat hal ini, Sri Mulyani menyebut capaian Indonesia sebagai hal yang positif.

"Indonesia dan kelima negara lain masih pada level yang akseleratif. Ini hal yang positif," ujarnya.

(dna/dna)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT