Kimia Farma Pasok Bahan Baku Obat RI, Ada yang Diekspor ke Korsel Hingga India

Kimia Farma Pasok Bahan Baku Obat RI, Ada yang Diekspor ke Korsel Hingga India

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 03 Okt 2022 16:39 WIB
ilustrasi obat
Ilustrasi/Foto: iStock

David menjelaskan, sebagian iodium dalam bentuk crude diekspor ke China dan India, serta sebagiannya diproses oleh KFSP sendiri untuk diproses menjadi Poviodine Iodine. Nantinya salah satu hasil produksinya yakni betadine.

Selanjutnya, Kimia Farma juga bernecana investasi di pengembangan bahan baku paracetamol. David mengatakan, proyek ini dieksekusi bersama dengan anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ke depan, David berharap BBO RI bisa merambah ke pasar global secara luas. Dengan segala persiapan dan potensi yang dimiliki RI, ia juga berharap, aktivitas ekspor ini dapat dilaksanakan segera.

"Untuk ekspor kalau bisa lebih cepat kenapa nggak. Tapi yang penting ketahanan nasional aja dulu. Objektifnya kembali ke sana," kata David.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, secara komersial industri BBO sendiri dapat dikatakan kurang strategis. Yang mana menurut David, cukup sulit bersaing dengan produk impor dari China dan India yang harganya terbilang lebih murah. Oleh karena itu, hingga kini KFSP menjadi satu-satunya perusahaan yang bergerak di produksi BBO.

"BBO ini adalah strategi ketahanan nasional. Kalau memang ini adalah bisnis yang sangat menatik banyak investor, semua orang akan berlomba-lomba kan bikinnya. Perusahaan farmasi di Indonesia yang besar mana? Nggak akan ada yang berani investasi di BBO kalau bukan pemerintah. Makanya itu porgramnya itu program strategis, ketahanan nasional," jelasnya.

Kondisi ini pula yang menjadi tantangan dalam mencapai ketahanan nasional. Apalagi, jumlah industri obat di RI mencapai 240, dengan dominasi ambil BBO impor. Oleh karena itu, David berharap ke depannya semakin banyak industri yang menggunakan BBO lokal dari KFSP.

"China, India itu kan produksi untuk dunia. Volumenya bisa ribuan, jadi jelas harganya lebih murah. Kita harapkan nanti kalau permintaan kita dan volume produksi meningkat, harganya juga bisa lebih bersaing," jelasnya.

Dengan demikian, apabila industri dalam negeri semakin banyak yang menggunakan BBO dari KFSP, David mengatakan, harga BBO dalam negeri pun bisa lebih murah. Dan kemungkinan untuk merambah pasar global pun semakin besar.

Hingga saat ini, Kimia Farma telah memproduksi 12 BBO. David mengatakan, pihaknya menargetkan 28 BBO di tahun 2024. Dari sana, ia memproyeksikan akan mampu menurunkan angka ekspor RI hingga 17% atau senilai Rp 3,7 triliun.


(ara/ara)

Hide Ads