Jakarta -
Beberapa perusahaan plat merah tengah menggenjot perkembangan industri Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) buatan lokal. Beberapa di antaranya dipamerkan pada acara Indo Defence 2022 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Produk militer yang dipamerkan pun beragam. Mulai dari senjata api, tank, hingga pesawat tanpa awak yang mampu meledak sendiri. Berikut beberapa senjata besutan BUMN yang ditemui detikcom.
1. Drone Kamikaze atau 'bunuh diri'
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Drone kamikaze atau 'bunuh diri' merupakan Loitering Munition (LM), yakni pesawat tanpa awak untuk melakukan misi self destroyer dengan sistem loiter (berkeliling) di area sasaran untuk mencari target sebelum menyerang. Senjata ini biasanya digunakan untuk menyerang target-target yang memerlukan respons cepat ketika terdeteksi. Drone pun akan meledak dengan sendirinya.
Sejak 2021, ada dua BUMN yang telah mengembangkan produk militer ini. Yang pertama ialah Minibe, drone tanpa awak buatan PT Pindad (Persero). Senior Officer Pengembangan Produk dan Proses Munisi PT Pindad, Saraswaty mengatakan pihaknya telah melakukan uji terbang dan saat ini tengah melakukan optimasi.
"Dia bisa terbang sendiri, bisa diangkut oleh ini (drone misil), bisa juga swarming. Swarming itu jadi dia kayak lebah gitu konsepnya, jadi ada beberapa untuk dia menghancurkan satu area," kata Saraswati saat ditemui detikcom di Indo Defence 2022, Kamis (03/11/2022).
Drone ini hasil kerja sama dari PT Pindad dan salah satu startup lokal Bandung yaitu BETA yang diproduksi di Bandung. Saraswati mengatakan, Minibe memiliki jarak terbang hingga 25 km dan waktu terbang mencapai 15 menit. Sementara untuk kecepatannya, drone ini mampu menempuh 250 km/jam.
"Di sini berat misilnya 0,8 kg. Untuk daya ledak tergantung bahan peledak yang di bawa. Kekuatan ledak itu selain dari beratnya juga bergantung dari jenisnya. Kalau yang biasa dipakai Pindad itu TNT atau RDX atau campurannya. Itu mereka explosive energinya beda-beda," jelasnya.
Produk kedua datang dari PT Dahana (Persero) yaitu Rajata. Senior Officer PT Dahana, Andi menjelaskan, Rajata menggunakan propeller. Setelah diluncurkan ke atas, propeller inilah yang akan mengarahkannya ke sasaran.
"Jadi kalau ini set ke sasarannya itu lewat GPS. Jadi sebelum diluncurin, diset dulu targetnya, dan range-nya ini kurang lebih 30 km, kecepatan maksimal 200 km/jam," kata Andi.
Dalam pengembangannya, PT Dahana bekerja sama dengan perusahaan lokal yaitu PT Aero Terra. Sama seperti Minibe, Rajata juga diproduksi di Bandung. Rajata merupakan teknologi baru dan pertama di Asia Tenggara yang dapat dibekali warhead asap maupun warhead live (bahan peledak).
Targetnya ialah sasaran tidak bergerak, di mana target dapat dikunci dari jarak jauh. Teknologinya juga memungkinkan personel yang menggunakan Rajata dapat menghancurkan target tanpa diketahui musuh.
Lanjut ke halaman berikutnya
2. Senjata Lawan Tank (SLT)
SLT adalah sistem senjata yang digunakan untuk melumpuhkan musuh, dalam bentuk roket yang dilengkapi dengan shaped charge warhead. Produk militer ini dikembangkan oleh PT Dahana.
Senior Officer PT Dahana, Andi mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan PT Hariff DTE asal Bandung dalam mengembangkan produk ini. Senjata ini terdiri atas roket (SLT) dan launcher-nya. Produk ini didesain untuk dapat mengalahkan tank, yang mana Andi belum pernah mendengar senjata serupa diproduksi di dalam negeri.
"Dalam tahap pengembangan, PT Hariff fokus di elektroniknya, kita fokus di produksi propelannya itu, bahan bakar pendorong roketnya," kata Andi.
Andi pun menjelaskan cara pengoperasiannya. Di bagian ujung SLT, ada bagian bernama booster, setelah booster habis dan pembakaran selesai, kemudian SLT terlontar beberapa meter ke depan. Barulah setelah itu, SLT akan menyala menuju target.
"Ini yang pegang personil dari darat untuk sasaran darat. Untuk targetnya sendiri di range 300 meter efektifnya, hanya ketika kita uji-uji sustainer-nya itu bisa sampai jarak 800 meter," jelas Andi.
Karena masih dalam tahap pengembangan, Andi mengatakan, saat ini roket tersebut belum diproduksi secara massal. Setelah pengembangannya selesai, SLT diupayakan mampu menghancurkan tank dengan spesifikasi umum yang ada saat ini. PT Dahana juga bersinergi dengan Litbang Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) Angkatan Darat (AD) dalam pengujiannya.
"Dengan tank yang sekarang sih harusnya dengan warhead (hulu ledak) desain ini tuh udah bisa sih (menyerang tank)," kata Andi.
"Kita masih dalam tahap riset. Belum sampai tahap sertifikasi dan produksi massal. Tapi nanti arahnya mau ke sana, kita pun uji-ujinya dilakukan di Pussenif. 2020 sudah mulai dan berlanjut sampai sekarang," lanjutnya.
3. Tank Amfibi 'Anti Ombak'
Amphibious Medium Tank atau tank amfibi, yang bisa beroperasi di darat dan laut, tengah dikembangkan oleh PT Pindad. Business Development PT Pindad, Afriana Fakhri mengatakan, tank ini merupakan hasil kerja sama dengan FNSS, perusahaan asal Turki. Produk ini ditargetkan dapat digunakan oleh Marinir TNI Angkatan Laut (AL).
"Ini masih tahap prototipe. Ini juga masih kita sempurnakan, kebetulan produk ini adalah produk kerja sama dengan FNSS turki, untuk melanjutkan kerja sama kita yang sudah berhasil sebelumnya men-develop medium tank harimau (tank darat)," kata Afriana kepada detikcom.
Afriana menjelaskan, tank ini memiliki berat 30 ton, mesin 610 hp, serta dipersenjatai dengan sistem RCWS, Kaliber 12,7 dan pelontar 40 mm. Untuk kapasitasnya, tank ini mampu memuat 21 orang, yang terdiri atas 3 orang kru kapal dan 18 orang anggota pasukan.
Di Indonesia, tank amfibi telah digunakan sejak lama oleh Korps Marinir RI. Sayangnya, kebanyakan di antaranya merupakan produk lama dengan usia cukup tua. Ditambah lagi, semuanya merupakan produksi luar negeri.
"Tapi kebanyakan sudah usang. Sudah lama tank-tank yang dibeli dari Rusia, atau Uni Soviet jaman dulunya. Seperti BTR 50, ada juga PT 76. Kebanyakan dari luar dan sudah lama, sudah dari tahun mungkin 60-70-an. Ada juga yang baru-baru seperti BMP dari Rusia, itu umurnya masih cenderung muda di tahun 2000 sekian. Tapi kita menawarkan solusi kepada marinir ini," terangnya.
Afriana mengklaim, ada beberapa spesifikasi yang bisa diunggulkan produk tank amfibinya dibanding produk lainnya. Salah satunya yaitu sea state level 4, yakni peringkat ketahanan terhadap ombak laut.
"Jadi ombak yang tinggi pun ini masih bisa tahan. Ini kan fungsinya untuk mengangkut pasukan dari kapal ke pantai untuk penyerangan. Itu bisa tahan ombak yang lumayan tinggi daripada level 1, 2, dan 3," jelas Afriana.
Tank ini juga mampu melangsungkan serangan saat berada di air. Ia mengatakan, saat masuk ke dalam air tidak seluruh badan tank tenggelam sehingga bagian persenjataan masih bisa menyerang dari atas. Sistem senjata pun sudah satu paket dengan kendaraan serta tahan dengan air laut.
Simak Video " Video: Hamas Respons Positif Proposal Gencatan Senjata di Gaza"
[Gambas:Video 20detik]