PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menyampaikan kabar terbaru menyangkut rencana impor KRL bekas oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Rencananya, kereta ini akan diimpor dari Jepang.
Direktur Utama PT KAI, Didiek Hartantyo mengatakan hingga saat ini pihaknya masih menunggu kajian dari tim bentukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menyangkut keputusan impor tersebut.
"Apa yang menjadi catatan rapat di Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi menjadi evaluasi review oleh BPKP. Sehingga pada saat ini kami PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dan PT KAI sedang menunggu hasil review dari BPKP," katanya, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI bersama PT KAI, Senayan, Jakarta, Senin (27/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Didiek menambahkan, tim tersebut juga telah berkunjung ke Jepang pada pekan lalu dalam rangka mengkaji rencana impor, sekaligus melihat secara langsung kondisi kereta bekas yang akan dibeli itu.
"Pekan lalu BPKP dan KCI sudah bertemu dengan East Japan Railway Company (JR East) dan melihat sendiri bahwa kereta yang akan diimpor masih beroperasi sampai sekarang," ungkapnya.
Nantinya hasil kunjungan tersebut pun akan digunakan sebagai bahan review BPKP yang nantinya akan digunakan dalam memberikan rekomendasi kepada Kemenko Marves memyangkut keputusan final dari rencana impor KRL tersebut.
Adapun cakupan review tersebut beberapa di antaranya ketepatan jumlah kebutuhan impor kereta bekas untuk tahun 2023/2024, biaya pengadaan impor kereta sebanyak 10 trainset pada 2023 dan 19 trainset pada 2024, jaminan suku cadang dari 10 trainset kereta bukan baru yang akan diimpor 2023, dan lain sebagainya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Suryawan menegaskan, pihaknya membutuhkan kereta tambahan untuk keperluan operasional. Menurutnya, impor bekas ini dapat menjadi salah satu solusi, selain memesan kereta dari PT INKA (Persero).
Lebih lanjut ia menjelaskan, pihaknya baru bisa memenuhi kebutuhan kereta pada 2026 mendatang. Sementara untuk kebutuhan di sebelum waktu tersebut, pihaknya berencana impor sebanyak 10 trainset untuk 2023 dan 19 trainset untuk 2024. Adapun alasan dari rencana impor ini lantaran sejumlah kereta yang dimilikinya saat ini sudah tidak layak beroperasi per 2023 mendatang.
"Usia sarananya pada 2023 dan 2024 mencapai 40 tahun ke atas sehingga ada beberapa yang sudah tidak berjalan," ujarnya.
Sebagai tambahan informasi, sebelumnya VP Public Relations PT KAI (Persero) Joni Martinus menjelaskan, jika bicara mengenai kereta pensiun maka erat kaitannya dengan aspek keselamatan.
"Sebenarnya ketika kita bicara gerbong itu harus dipensiunkan atau sudah tidak lagi dioperasikan, ini tentu terkait erat dengan keselamatan. Ini sangat erat terkait dengan keselamatan, ada audit keselamatan di situ, ada faktor safety yang harus dipertimbangkan," terangnya, Senin (6/3/2023).
Ia menuturkan, ketika KCI mengajukan izin impor KRL bekas Jepang maka sudah ada perhitungannya. Lanjutnya, kalau KRL dipensiunkan dan tidak diganti maka akan mengurangi kapasitas angkut kereta. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat terhadap kereta terus meningkat.
"Kita pengin mobilitas masyarakat itu tidak terganggu, pelayanan tetap baik. Kita tahu sendiri kebutuhan masyarakat terhadap KRL sangat tinggi maka tentu kita harus menjaga itu," jelasnya.
Meski demikian, dia mengatakan, pada prinsipnya KAI mendukung produksi dalam negeri. KAI sendiri telah memanfaatkan kereta dalam negeri.
(zlf/zlf)