Sementara itu, Head of Center of Industry, Trade and Investment INDEF, Andry Nugroho menilai, apabila tidak segera diatasi, kejadian ini juga berpotensi memberi kerugian jangka panjang bagi Indonesia dalam hal meningkatkan persaingan supplier babi di level global.
"Berbicara mengenai babi hidup, ada 2 suplier yang paling besar, di Pulau Bulan, Batam, lalu yang kedua dari Serawak Malaysia. Jadi bisa jadi nanti kebutuhan dari life pig itu akan diambil dari Serawak ketika Singapur menghentikan impor dari Batam," ujarnya saat dihubungi terpisah.
Sedangkan untuk rencana ekspor karkas babi ke Singapura, menurutnya Indonesia juga tetap perlu mempersiapkan diri. Pasalnya, Rafki mengatakan, karkas yang kerap dikirim dalam keadaan beku ini memiliki lebih banyak supplier pesaing, mulai dari China, Australia, hingga Brazil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau babi hidup secara utuh, supplier terbesarnya ada dua. Tapi kalau berbicara karkas, itu penyuplainya lebih banyak sehingga pertanyaannya, apakah Indonesia bisa memiliki daya saing yang kuat?," kata Andry.
Oleh karena itu, menurutnya pemerintah RI perlu mengambil langkah strategis secara cepat dengan melakukan serangkaian pembenahan untuk komoditas babi. Ia berharap, otoritas RI dan SIngapura juga dapat mencari jalan tengah menyangkut kapan keran ekspor babi hidup ini bisa dibuka kembali hingga persyaratan apa saja yang harus dipenuhi pemerintah RI.
(dna/dna)