Jurus Harita Geber Produksi Nikel Sambil Jaga Kelestarian Pulau Obi

Jurus Harita Geber Produksi Nikel Sambil Jaga Kelestarian Pulau Obi

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 28 Jul 2023 08:30 WIB
Hasil Nikel dari Harita Nikel di Pulau Obi
Foto: Achmad Dwi/Detikcom
Halmahera Selatan -

Praktik penambangan yang baik (good mining practice) wajib dijalankan perusahaan tambang. Perusahaan tambang sudah seharusnya tidak hanya mengejar produksi semata, namun juga harus memperhatikan aspek lingkungan dan masyarakat.

Hal ini pula yang terus diupayakan PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel dalam menjalankan operasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Di pulau terpencil tersebut, Harita Nickel melakukan kegiatan penambangan yang terintegrasi dengan pengolahan dan pemurnian nikel bersama perusahaan afiliasinya.

"Kita berusaha menjadi perusahaan tambang yang mengelola tambang atau mengoperasikan tambang menjadi yang terbaik," kata Direktur Operasional Trimegah Bangun Persada, Younsel Evand Roos saat ditemui di Pulau Obi belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikcom mendapat kesempatan berkunjung ke Pulau Obi untuk melihat langsung aktivitas perusahaan. Salah satu titik yang dikunjungi yakni wilayah tambang yang telah direklamasi bernama Komodo. Untuk diketahui, Harita Nickel menamai semua area pitnya dengan nama daerah atau binatang khas Indonesia.

Kawasan reklamasi Komodo dulunya merupakan wilayah tambang Harita Nickel. Setelah produksi di kawasan ini rampung, pemulihan pun dilakukan. Kini, wilayah tersebut telah menjadi wilayah yang hijau dengan beragam tanaman.

ADVERTISEMENT

Di lokasi ini, terdapat sebuah papan pemberitahuan di mana dalam papan tersebut terdapat informasi jika area reklamasi Komodo memiliki luas 11,82 hertare (ha). Kemudian, tahun tanam yakni Februari-Juni 2019.

Harita Nickel di Pulau ObiHarita Nickel di Pulau Obi Foto: Achmad Dwi/Detikcom

Adapun tanaman yang ditanam di wilayah ini antara lain pohon meranti, mahoni, mersawa, bintangur, gofasa, ketapang, jabon merah, kayu putih dan cemara laut.

Younsel menerangkan, pada tahun 2021 pihaknya telah melakukan penanaman pada area seluas 68,5 ha. Hingga tahun ini, kata dia, diperkirakan mencapai 75 hingga 80 ha.

Dijelaskannya, area purna tambang biasanya memiliki bentuk yang tidak beraturan. Untuk menghijaukan wilayah tersebut, langkah awal yang ditempuh ialah menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah penumpukan atau disposal. Setelah penuh kapasitasnya, pihaknya melakukan penataan supaya tidak longsor. Saluran air atau drainase pun juga harus ditata.

Berikutnya, wilayah itu kemudian ditutup dengan tanah lapis atas (top soil) dari tambang yang baru dibuka.

"Top soil ini sangat bagus merupakan pupuk alami yang akan diharapkan membantu pertumbuhan dari tanaman yang ditanam menjadi lebih baik," katanya.

Setelah penanaman, kata dia, perawatan terhadap tanaman pun dilakukan secara rutin. Salah satunya ialah kegiatan pemupukan.

Dia menambahkan, tanaman yang ditanam merupakan tanaman yang dikembangkan sendiri oleh Harita Nickel melalui fasilitas pembibitan (nursery).

"Nah untuk bisa berkembang sendiri kita punya nursery untuk pembibitan dan yang kita prioritaskan bibit-bibit dari lokal, dari hutan sekitar. Kenapa kita pilih bibit-bibit dari lokal, yang diharapkan bisa adaptif dan tahan penyakit," ungkapnya.

Tak hanya area bekas tambang, pihaknya juga mengatur drainase tambang sebagai upaya menerapkan praktik tambang yang baik. Dia menerangkan, ketika hujan datangmaka ada risiko terjadinya erosi permukaan tanah.

Harita Nickel di Pulau ObiHarita Nickel di Pulau Obi Foto: Achmad Dwi/Detikcom

Oleh karena itu, pihaknya membuat sendiment pond sebagai wadah untuk pengendapan. Dengan begitu, aliran air yang keluar dari wilayah tambang berupa air yang bersih.

"Dan ujung-ujungnya saat masuk ke danau atau ke laut sudah sangat bersih di bawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah," katanya.

Sisa hasil pengolahan nikel pun juga tidak dibuang begitu saja. Younsel mengatakan, sisa hasil produksi smelter feronikel yakni slag nikel diolah menjadi produk bahan bangunan seperti paving block, batako, dan lainnya.

"Kita akan terus berkembang mencari ide untuk bisa mengembangkan lebih lanjut dari waste produk pabrik ini," ujarnya.

Di samping itu, Harita Nickel juga menyediakan permukiman baru untuk masyarakat yang kini masih tinggal yang berdekatan dengan operasi tambang. Adanya permukiman baru ini diharapkan masyarakat memiliki tempat tinggal yang lebih layak dan sehat. Permukiman ini bernama permukiman baru Kawasi yang lokasinya berjarak sekitar 5 km dari Kawasi lama.

Head of Community Affairs Harita Nickel, Latif Supriadi menerangkan, rumah yang akan dibangun sebanyak 259 unit yang terdiri dari beberapa tipe. Bukan hanya rumah, permukiman ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum seperti tempat ibadah, sekolah, kantor desa, dan kantor BUMDes. Lalu disertai fasiltias air bersih, listrik dan jalan.

Harita Nickel di Pulau ObiHarita Nickel di Pulau Obi Foto: Achmad Dwi/Detikcom

"Ini diharapkan kawasan percontohan masyarakat yang terintegrasi dan modern termasuk pengelolaan sampah," katanya.

Dia menambahkan, permukiman ini juga dilengkapi dengan area komersial untuk kegiatan usaha masyarakat dan akses ke pelabuhan.

"Kita berharap targetnya tahun ini bisa dimanfaatkan," imbuhnya.

Lihat juga Video 'Luhut Jelaskan Sikap Pemerintah Terkait Larangan Ekspor Nikel':

[Gambas:Video 20detik]



(acd/rrd)

Hide Ads