Ekonom senior Faisal Basri mengungkapkan tenaga kerja asing (TKA) di proyek smelter nikel di Indonesia membludak. Dia pun mengatakan banyak di antara TKA di smelter nikel yang bukan tenaga ahli.
Bahkan, di antaranya ada yang cuma berprofesi sebagai juru masak, satpam, tenaga statistik, hingga sopir. Kebanyakan tenaga kerja asing tersebut datang dari China
Faisal juga menyoroti kesenjangan gaji yang didapatkan TKA China dengan pekerja lokal Indonesia. Menurutnya, para TKA itu digaji besar hingga Rp 54 juta, sedangkan tenaga kerja lokal cuma digaji mentok di upah minimum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satu perusahaan smelter China, kata Faisal Basri, membayar gaji antara Rp 17-54 juta. Sedangkan rata-rata pekerja Indonesia hanya digaji jauh lebih rendah atau di kisaran upah minimum," jelas Faisal Basri dalam catatannya di blog pribadi faisalbasri.com, dilihat Selasa (15/8/2023).
Faisal Basri juga mengatakan TKA ini hanya menggunakan visa kunjungan, bukan visa pekerja. Dengan memegang status visa kunjungan, bisa jadi pekerja-pekerja China itu tidak membayar pajak penghasilan.
"Akibatnya muncul kerugian negara dalam bentuk iuran tenaga kerja sebesar US$ 100 per pekerja per bulan," beber Faisal Basri.
Faisal Basri juga menilai nilai tambah yang mengalir ke perekonomian nasional dari smelter-smelter ini tak lebih dari sekitar 10%. Pasalnya, hampir semua smelter nikel milik pengusaha China, karena dapat fasilitas tax holiday, tak satu persen pun keuntungannya itu mengalir ke Tanah Air.
Belum lagi, hampir seratus persen modal berasal dari perbankan China, dengan begitu pendapatan bunga juga hampir seluruhnya mengalir ke China.
Nilai tambah yang dinikmati perusahaan smelter China semakin besar karena perusahaan smelter China membeli bijih nikel dengan harga super murah. Faisal Basri bilang sangat bermurah hati menetapkan harga bijih nikel jauh lebih rendah dari harga internasional.
Tonton juga Video: Faisal Basri Nilai Pemerintahan Jokowi Boros, Singgung Zaman Soeharto-SBY