Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan Indonesia mendapat 'durian runtuh' atau keuntungan hingga 10 kali lipat berkat kebijakan hilirisasi nikel di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bahlil mengatakan ekspor nikel dalam rentang 2017-2018 nilainya hanya US$ 3,3 miliar karena dilakukan tanpa melalui proses dalam pengolahan dan pemurnian (smelter). Setelah ada kebijakan hilirisasi, nilai ekspor nikel melejit hingga 10 kali lipat menjadi US$ 30-an miliar.
"Ekspor kita nikel hanya US$ 3,3 miliar pada 2017-2018. Kemudian kita larang ekspor nikel. Setelah kita larang, tahu nggak ekspor nikel kita sekarang? sudah mencapai US$ 30 miliar lebih, naiknya 10 kali lipat," kata Bahlil dalam Kuliah Umum di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (29/8/2023).
Sebagaimana diketahui, atas aksi Indonesia melarang ekspor bijih nikel ke luar negeri, Indonesia mendapatkan gugatan dari Uni Eropa (UE) di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pada Oktober 2022, Indonesia dinyatakan kalah atas gugatan Uni Eropa di WTO tersebut.
"Kita kalah karena Eropa ini nggak mau Indonesia maju," ucap Bahlil.
Meski begitu, pemerintah tidak lantas mundur begitu saja setelah kalah di WTO. Saat ini Indonesia sedang berupaya mengajukan banding gugatan.
"Presiden Jokowi mengatakan 'Mas Bahlil, negara ini sudah merdeka, negara ini berdaulat. Kemerdekaan yang kita dapatkan bukan atas dasar pemberian seperti negara lain. Kemerdekaan yang kita dapatkan atas perjuangan dan pengorbanan, karena itu lawan! Nggak boleh sedikit pun mundur dari gugatan Uni Eropa', ungkap Bahlil.
Bahlil mengatakan saat ini dunia bergerak menuju energi hijau dan industri ramah lingkungan salah satunya pemakaian kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Untuk mendorong industri itu diperlukan komoditas unggulan yakni nikel.
"Nikel salah satu komoditas yang saat ini strategis karena orang ke depan akan pakai green energy," ucapnya.
Sebagai salah satu pemilik cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia diuntungkan untuk membangun industri produksi baterai kendaraan listrik sendiri. Kondisi itu membuat banyak negara lain tidak senang.
"Baterai cell komponennya adalah nikel, mangan, cobalt dan lithium. Dan kita Indonesia punya cadangan nikel 25% dunia. Jadi ini kita betul-betul tuhan memberikan kita luar biasa," imbuhnya.
Simak Video 'Gerindra: Prabowo Siap Teruskan Kebijakan Hilirisasi Jokowi':
(aid/das)