Bahlil Puji Jokowi: Bukan Tentara-Polisi, tapi Berani Lawan WTO

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 31 Agu 2023 15:23 WIB
Foto: Anisa Indraini/detikcom
Tangerang -

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia memuji keberanian Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam melawan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang menentang kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia.

Bahlil menilai nyali Jokowi sangat besar untuk melawan Uni Eropa di WTO. Padahal melihat latar belakangnya Jokowi bukan TNI atau polisi.

"Kalau bicara nasionalisme, bicara keberanian, sekalipun laki-laki ini bukan tentara atau bukan polisi, nyalinya gede juga karena memang mantan Ketua BPC HIPMI Solo, jadi begitu modelnya," kata Bahlil saat menjadi pembicara dalam Rapat Kerja Nasional HIPMI ke-XVIII di ICE BSD, Tangerang, Kamis (31/8/2023).

Bahlil menceritakan ketika melapor ke Jokowi terkait kekalahan Indonesia dalam gugatan hilirisasi nikel di WTO. Ia mengungkapkan saat itu Jokowi meminta untuk kembali melawan.

"Saya minta arahan. Apa yang dia (Jokowi) katakan, 'Mas Bahlil negara ini sudah merdeka, Mas Bahlil kan tahu negara kita beda dengan Malaysia, beda dengan Singapura. Mereka itu kemerdekaan yang diberikan, tapi Indonesia kemerdekaan yang diperjuangkan, kemerdekaan yang banyak mengorbankan nyawa dan harta', kata Bahlil menirukan pesan Jokowi.

"Sekarang kita sudah merdeka, yang tahu tujuan negara itu pemerintah dan rakyat Indonesia, bukan negara lain. Karena itu saya memerintahkan kepada kalian untuk lawan itu di WTO agar tidak boleh ada negara manapun mampu mengintervensi negara kita. Ini perintah beliau," tambahnya.

Bahlil memandang Indonesia sudah berada pada jalur yang benar untuk mendorong hilirisasi. Ia berharap hilirisasi nikel dan lainnya bisa terus dilakukan oleh presiden selanjutnya.

"Negara kita ini sudah negara dalam kondisi yang benar, sudah mau take off, tinggal tergantung pemimpinnya ke depan yang menggantikan Pak Jokowi mau nggak melanjutkan hilirisasi ini dengan baik untuk menuju Indonesia yang lebih baik," tutur Bahlil.

Bahlil mengatakan ekspor nikel pada 2017-2018 hanya US$ 3,3 miliar karena dilakukan tanpa melalui proses dalam pengolahan dan pemurnian (smelter). Setelah ada kebijakan hilirisasi, nilai ekspor nikel melejit hingga 10 kali lipat menjadi US$ 33 miliar.

"Eropa tidak pernah ikhlas, khususnya negara-negara maju untuk negara berkembang itu menjadi negara yang maju, terutama pada sektor hilirisasi," imbuhnya.




(aid/rrd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork