Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia bertemu dengan Executive Chairman & CEO Korea Zinc, Choi Yun-beom. Korea Zinc merupakan perusahaan pengolahan logam non-besi terkemuka di dunia yang berpusat di Seoul, Korea Selatan.
Dikutip dari Instagram Kementerian Investasi/BKPM @bkpm_id, Jumat (8/9/2023), Korea Zinc menyampaikan ketertarikannya untuk mendirikan fasilitas smelter nikel dengan teknologi HPAL di Indonesia. Nilai investasinya mencapai US$ 600 juta atau sekitar Rp 9,18 triliun (kurs Rp 15.300).
"Korea Zinc menyampaikan ketertarikannya untuk mendirikan fasilitas smelter nikel dengan teknologi HPAL di Indonesia yang dapat menghasilkan MHP dengan kapasitas 40.000 ton per tahun dalam bentuk kerja sama Joint Venture dengan perusahaan lokal di Indonesia dengan nilai rencana investasi sebesar US$ 600 juta," tulisnya, seperti dilihat detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Korea Zinc merupakan perusahaan pengolahan logam non-besi dengan pendapatan US$ 8,7 triliun pada 2022, dan telah beroperasi sejak tahun 1974. Perusahaan tersebut memproduksi sekitar 21 jenis logam non-besi yang mendukung industri utama dan berkomitmen pada industri yang berkelanjutan melalui pengembangan energi terbarukan dan baterai sekunder.
Selain itu Bahlil juga bertemu dengan CEO KT&G (Korea Tomorrow & Global Corporation), Bok-In Baek. KT&G disebut berencana berinvestasi di PIER Industrial Park, Surabaya.
"Dalam pertemuan tersebut dilakukan pertukaran surat konfirmasi dari Kementerian Investasi/BKPM kepada KT&G, serta surat komitmen KT&G terkait rencana investasi KT&G di PIER Industrial Park, Surabaya," ungkapnya.
Selain itu, KT&G berencana untuk berinvestasi sebesar KRW 548,1 miliar atau sekitar Rp 6,9 triliun hingga tahun 2025, yang mencakup 93% dari total investasi mereka. Sebagai bagian dari komitmen ini, perusahaan berencana mempekerjakan sekitar 1.136 tenaga kerja Indonesia.