China akan memberlakukan pembatasan ekspor grafit, bahan baku dalam pembuatan baterai kendaraan listrik mulai Desember mendatang. Kementerian Perdagangan China menyampaikan pembatasan tersebut dilakukan demi menjaga stabilitas pasokan grafit dan keamanan nasional.
"Langkah ini ditempuh untuk memastikan keamanan dan stabilitas rantai pasokan di industri global. Selain itu, untuk menjaga keamanan dan kepentingan nasional dengan lebih baik. Aturan ini juga tidak menargetkan negara-negara tertentu," kata Kementerian Perdagangan China dikutip dari Reuters, Sabtu (21/10/2023).
China dapat memurnikan lebih dari 90% grafit dunia menjadi bahan baku utama baterai kendaraan listrik. Tak heran, China menjadi salah satu produsen dan pengolahan grafit terbesar di dunia.
Berdasarkan data bea cukai China, negara-negara besar, seperti Jepang, Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan India menjadi negara yang mengimpor grafit. dari negara tersebut. Bagi negara yang ingin mengimpor grafit dari China harus mengajukan izin terlebih dahulu. Aturan pembatasan ini berlaku untuk bahan grafit sintetis, termasuk jenis kemurnian tinggi, kekerasan tinggi, dan kepadatan tinggi, serta grafit serpihan alami.
Pengumuman ini muncul buntut dari berbagai negara yang memberi tekanan pada perusahaan-perusahaan China soal praktik komersial dan perdagangan, di antaranya Uni Eropa sedang mempertimbangkan untuk mengenakan tarif pada kendaraan listrik buatan China. Selain itu, AS memberlakukan pembatasan pada jenis semikonduktor yang dapat dijual oleh perusahaan AS kepada China.
Sebelumnya, China juga membatasi ekspor logam pembuat chip, gallium dan germanium. Akibatnya, terjadi kenaikan harga logam tersebut di pasar global.
Di sisi lain, produsen mobil listrik berlomba-lomba mengunci pasokan grafit dari luar China karena meningkatnya penjualan kendaraan listrik. Sayangnya, kelangkaan mineral penting tersebut masih terjadi.
Kebijakan terbaru ini mendapat reaksi dari sejumlah negara. Managing Director Alkemy Capital Investments, Kien Huynh mengatakan langkah berani China ini membuat pihaknya terkejut. Dia tidak menyangka pembatasan ekspor grafit dari China lebih cepat dari perkiraannya.
Seorang Analis dari Hyundai Motor Securities, Kang Dong Jin mengatakan dengan pembatasan ini, perusahaan-perusahaan di Korea Selatan yang bergantung dengan China perlu mencari alternatif lain untuk impor grafit.
"Seperti tambang dari Amerika Serikat atau Australia, namun hal ini kemungkinan akan menambah beban biaya bagi banyak perusahaan," kata Kang Dong. Jin.
Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan negaranya berencana untuk berdiskusi kepada China soal kebijakan baru tersebut. Kemudian, pihaknya akan mengambil langkah yang tepat apabila kebijakan itu melanggar peraturan dari Organisasi Perdagangan Dunia.
(ara/ara)